TANAMAN
GANYONG
Ganyong (Canna discolor L. syn.
C. edulis, suku kana-kanaan atau Cannaceae) adalah sejenis tumbuhan penghasil
umbi yang cukup populer , termasuk tanaman dwi tahunan(2 musim), hanya saja
dari tahun ke tahun berikutnya mengalami masa istirahat. Daun-daunnya mengering
lalu tanamannya hilang dari tanah. Pada musim hujan tunas akan keluar dari
mata-mata umbi/rizhomanya.
Tanaman Ganyong adalah tumbuhan semak berbatang
basah yang bersifat merumpun dan menahun, berbatang lunak, tumbuh tegak dengan
tinggi 0,9-1,8 meter, bentuk batang bulat sampai agak pipih dan merupakan
kumpulan pelepah daun yang secara teratur dan saling tumpang tindih hingga
disebut batang semu atau batang palsu. tanaman yang umumnya banyak dikenal
didaerah pedesaan. Asal tanaman ganyong ini awalnya dari daerah Amerika Selatan, dan telah
tersebar ke Asia, Australia, dan Afrika. Umbi mudanya di Amerika Selatan
dimakan sebagai sayuran, dan kadang digunakan sebagai pencuci mulut. Untuk
Indonesia sekarang sudah banyak
menyebar dari sabang sampai merauke, dan sudah lama akrab diantara masyarakat
kita khsusunya para petani. Ganyong banyak memiliki persamaan nama lain
dibeberapa daerah di Indonesia, yaitu buah tasbih, ubi pikul, ganyal,
ganyol, sinetra dll dan dimancanegara menyebut ganyong sebagai Queensland Arrowroot. Hasil wawancara kepada masyarakat Belu dimana tanaman ini banyak ditemukan menyatakan mereka tidak asing terhadap tanaman tersebut bahkan juga sering dimasak untuk dimakan atau dimasak menjadi pakan.
Ganyong ada dua macam yaitu
ganyong merah dan putih.
Ganyong Merah dengan
ciri sebagai berikut :
· Batang lebih besar
· Agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan
· Sulit menghasilkan biji
· Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya rendah
· Umbi lazim dimakan segar (direbus)
Ganyong Putih dengan
ciri :
· Lebih kecil dan pendek
· Kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan
· Selu menghasilkan biji dan bisa diperbanyak menjadi anakan tanaman
· Hasil umbi basah lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi
· Hanya lazim diambil patinya.
Sekarang ini sedikitnya ada dua
provinsi sebagai sentral Ganyong, yakni Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan
Purworejo), dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut,
Lebak, Subang, dan Karawang).
Umbi ganyong memiliki senyawa antinutrisi, yaitu tanin dan saponin. Tanin
akan membentuk kompleks dengan protein dalam sistem pencernaan, berinteraksi
dengan enzim pencernaan. Tanin juga dapat menurunkan daya cerna protein,
menghambat aktivitas beberapa enzim pencernaan seperti tripsin, kimotripsin,
amilase dan lipase. Sedangkan saponin merupakan toxin yang bisa menghancurkan
butir darah atau hemolisis. Saponin juga meiliki kemampuan mengikat dengan
kolesterol. Namun kedua senyawa tanin dan saponin ini akan hilang setelah
ganyong melalui proses pengolahan, yaitu perebusan, perendaman, dan pemanasan. Umbi
ganyong dapat dikonsumsi dengan jalan
merebus hingga matang. dimakan sebagai
camilan, atau ganyong bisa menjadi bahan alternatif pengganti beras yang cukup
lezat karena ganyong banyak mengandung karbohidrat dan kalori, dimana
karbohidrat selain mengenyangkan, juga merupakan bahan baku tubuh untuk
menghasilkan energi bersama kalori oleh sebab itu umbi ganyong dapat menjadi pangan alternatif saat paceklik, saat
harga bahan makanan pokok naik. .
Manfaat Tepung Ganyong
Dalam pati ganyong terdapat
80% karbohidrat dan 18% air. Kadar pati yang tinggi pada umbi ganyong merupakan
peluang yang baik sebagai bahan baku industri, seperti sirup glukosa dan alkohol. Kelebihan Tepung ganyong lainnya adalah daya
cernanya tinggi sehingga cocok dibuat sebagai makanan bayi. Untuk memperoleh
makanan bayi yang baik maka tepung ganyong yang tinggi karbohidrat perlu
diperkaya dengan bahan lain, misalnya bahan makanan sumber protein. Pembuatan makanan bayi dengan tepung ganyong
ini dengan cara membuat bubur susu,
yaitu campuran bahan dicampur dengan air lalu dipanaskan sampai mengental dan
masak. Untuk pelengkap gizi, dapat ditambahkan susu bubuk bayi atau susu sapi,
serta penambah rasa yaitu gula dan garam. Manfaat lain dari umbi ganyong adalah
untuk diambil tepung patinya, dan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kue,
bihun,
Bihun berasal dari bahasa
cina, yang bisa berarti beras, sesuai dengan namanya, bahan baku bihun adalah
beras. Beras untuk pembuatan bihun harus tinggi kandungan amilosanya dan rendah
kandungan amilopektinnya, sehingga menghasilkan gel yang kaku pada bihun.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
sekarang ini, bihun tidak hanya dibuat dari beras saja, tetapi dapat
dibuat dari campuran tepung jagung dan tepung tapioka. Tepung tapioka di sini
juga dapat digantikan oleh tepung ganyong.
Daerah sentral produksi
Ganyong, yaitu Klaten, Wonosobo, Purworejo, Majalengka, Sumedang, Ciamis,
Cianjur, Garut, Lebak, Subang, Karawang hingga Probilonggo, selain diambil
patiya, ganyong juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan keripik ganyong.
Syarat Tumbuh
Ganyong bukanlah tanaman yang manja, karena tanaman ini tahan terhadap
naungan, dapat tumbuh di segala jenis tanah dan iklim. Tanaman ini tidak
membutuhkan syarat yang berat untuk pertumbuhannya. hanya saja bila
menginginkan hasil panen tinggi, harus diperhatikan sifat dan lingkungan
hidupnya. Tanaman ini tidak tahan di
daerah yang anginnya kuat, karena ganyong merupakan tanaman herba atau terna
hingga mempunyai batang yang rapuh dan tidak tahan terhadap serangan angin.
Pada daerah berangin kuat, tanaman ini sangat memerlukan lajur-lajur pelindung
untuk mempertahankan hidupnya. Meskipun ganyong toleran terhadap suhu udara
tapi umumnya tanaman ini baru akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 250
meter dpl. Tetapi hal ini tidak mutlak, karena di Hawai tanaman ini justru
berproduksi maksimal pada daerah yang mempunyai ketinggian dibawah 450 meter
dpl sementara di Peru, di daerah dengan ketinggian di atas 2.550 meter dpl,
ganyong masih mampu tumbuh subur. Pada daerah yang sangat dingin tanaman ini
juga dapat hidup, tetapi proses pembentukan umbi untuk menuju dewasa cukup lama
dan pada daerah yang suhu udaranya pada siang hari sangat tinggi dan pada malam
harinya sangat rendah, tanaman inipun mampu hidup dan berkembang biak dengan
baik. Misalnya di daerah Aparimacgorge/Peru yang pada siang hari bersuhu 320 C
dan pada malam hari Cuma 70 C .
Curah hujan merupakan salah satu syarat untuk menunjang kehidupan suatu
tanaman. Tanaman ganyong memerlukan curah hujan yang sedang-sedang saja, tidak
terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah, sehingga tanaman ini dapat hidup
dengan baik di musim kemarau atau di daerah kering. Misalnya di Hawai yang
curah hujan tahunannya hanya 112 cm, tanaman mampu tumbuh dengan baik . Jumlah
embun juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini. Embun yang terlalu banyak
sering mengakibatkan kelainan pada pertumbuhan daun dan merusak perkembangan
umbinya.
Setiap tanaman memang menghendaki jenis-jenis tanah tertentu. Tidak
demikian halnya dengan tanaman ganyong, dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.
Hanya di jenis tanah liat berat sajalah tanaman akan tumbuh kurang baik, karena
sistem drainase pada tanah jenis ini biasanya jelek. Bila terpaksa harus
ditanam pada jenis tanah ini, maka drainasenya harus dibuat memadai dengan cara
membuat saluran-saluran air atau ditanam dengan sistem guludan , apabila ingin
mendapatkan hasil yang optimal, maka sebaiknya ganyong ditanam pada tanah-tanah
lempung berpasir yang kaya humus.
1. Pemilihan
Bibit
Bibit yang digunakan adalah rhizoma atau umbinya yang telah mencapai
ukuran normal dan mengandung 1-2 mata tunas sehat. Bibit juga dapat diperoleh
sewaktu dilakukannya panen yaitu mengambil bagian ujung umbi yang masih muda.
Umbi muda ini jika diambil tepungnya akan kurang baik karena kadar patinya
masih rendah. Untuk mencegah dari
serangan penyakit busuk Umbi, bibit harus dicelupkan dalam campuran 10% tembaga
sulfat sebelum ditanam. Jumlah bibit yang diperlukan untuk luas areal penanaman
seluas 1 hektar diperlukan kurang lebih 2 ton bibit. Selain menggunakan umbi,
ganyong juga dapat diperbanyak melalui biji.
2.
Pengolahan Tanah
Tanaman ganyong pada umumnya mampu tumbuh pada tanah miskin hara dan tidak membutuhkan perawatan khusus,
namun untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi , tanaman garnyong
menghendaki tanah yang gembur dan kaya humus , karena pada struktur tanah yang
gembur dan kaya humus umbi dapat tumbuh
dengan leluasa dan proses pemanenan akan
lebih mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur.
Untuk memperoleh struktur tanah yang gembur dapat dilakukan pengolahan
sebaik mungkin dengan cara membajak atau mencangkul dengan kedalaman 30
cm hingga gembur dan dikeringkan selama 15 hari , Kemudian
dicangkul kembali sambil dibuat guludan selebar 40-60 cm tinggi 30 cm dan
panjang sesuai keadaan lahan. Jarak antara guludan 60-100 cm. Buat lubang tanam
dengan kored 12,5-15 cm.
3. Penanaman
Bertanam ganyong sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan yaitu sekitar bulan Oktober karena dengan
adanya curah hujan , tanaman lebih banyak tertolong pertumbuhanya . Tanamkan
bibit satu persatu kedalam lubang tanam dengan arah tunas menghadap ke atas.
Tutup (timbun) bibit dengan tanah setebal 12,5 cm sambil merapikan guludan.
Jarak tanam 75 x 75 cm, 100 x 75 cm, 90 x 90 cm, 100 x 135 cm
tergantung kesuburan tanah.
4.
Pemeliharaan
A. Pemupukan
Pemupukan dilakukan
hanya 1 kali pada umur 1-3 bulan setelah tanam. Jenis pupuk yang diberikan Urea
100 Kg, SP 100 Kg dan KCl 50 Kg dengan cara
menabur pupuk dalam larikan sedalam 10-15 cm kemudian ditutup dengan
tanah. Pemupukan
bulanan dengan pupuk cair atau buatan memberikan hasil lebih baik.
B.
Penyulanan dan pengendalian Hama Penyakit
Pemeliharaan yang perlu dilakukan pada budidaya ganyong
adalah penyiangan gulma , penyulaman , penggludan dan pengendalian hama dan
penyakit. Mulsa rumput kering pada
bedengan membantu menjaga kelembaban tanah dan menambah unsur hara tetapi dapat
merupakan tempat persembunyian bagi kumbang. Penyiangan dilakukan sebulan
sekali tergantung keadaan gulma. Penggemburan tanah dan pengguludan dilaksanakan secara bersamaan dan bertujuan
untuk memudahkan pembentukan tunas-tunas baru dan umbi secara produktif .
Hama yang sering
menyerang tanaman ganyong adalah Ulat
Daun Belalang dan kutu daun. Ulat Daun
dan belalang dapat menyebabkan daun
rusak, bolong-bolong tidak teratur. Kutu Daun menyerang dengan menghisap cairan
tanaman, terutama pucuk daun atau daun-daun muda Serangan kutu daun menyebabkan
daun atau pucuk kerdil. Pengendalian serangan hama dengan cara mekanis yaitu
memangkas bagian tanaman yang terserang berat.
Penyakit Karat Daun mempunyai gejala serangan permukaan
daun sebelah atas berbintik-bintik merah atau kecoklatan seperti karat, terjadi
pada daun-daun. Pengendalian untuk
serangan ringan dengan cara mekanis memangkas bagian tanaman, serangan berat
dengan memusnahkan tanaman. Penyakit Layu Sclerotium mempunyai gejala pangkal batang dekat permukaan tanah layu dan busuk kadang-kadang akhirnya
tanaman mati. Pengendalian dengan sanitasi kebun, perbaikan drainase dan
pemangkasan tanaman yang terserang berat atau pencabutan.
Penyakit Bercak Daun menyerang daun-daun tua, daun
bercak-bercak kuning atau coklat sampai kehitam-hitaman tidak teratur dan pada
serangan berat daun menjadi kering. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara sanitasi kebun, penjarangan anakan dan memangkas tanaman yang
terserang berat.
5.
Panen
Tanaman ganyong dapat dipanen sesuai dengan tujuan
penggunaan hasil, sebagai nyamilan misalnya ubi rebus atau ubi kukus,
panen pada umur 6-10 bulan setelah tanam. Sebagai bahan baku pembuatan pati atau tepung dipanen pada umur 15-18 bulan. Ciri
Tanda tanaman ganyong siap dipanen adalah daunnya sudah menguning atau mengering, sebagian atau setelah batang mati dan Ubi-ubinya menyembul kepermukaan tanah . Pemanenan umbi ganyong dicabut atau digali. Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun umbi berubah menjadi ungu. Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8 bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektar.
panen pada umur 6-10 bulan setelah tanam. Sebagai bahan baku pembuatan pati atau tepung dipanen pada umur 15-18 bulan. Ciri
Tanda tanaman ganyong siap dipanen adalah daunnya sudah menguning atau mengering, sebagian atau setelah batang mati dan Ubi-ubinya menyembul kepermukaan tanah . Pemanenan umbi ganyong dicabut atau digali. Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun umbi berubah menjadi ungu. Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8 bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar