JEWAWUT
Tanaman jewawut adalah tanaman
semusim seperti rumput, dan pernah menjadi makanan pokok orang Asia Timur dan
Asia Tenggara sebelum mengenal tanaman padi . Dan diperkirakan dari Cina tanaman ini kemudian menyebar ke barat,
hingga mencapai Eropa dan sekitar
milenium kedua sebelum Masehi. Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya, sehingga dikenal pula sebagai
"milet Italia".
Jewawut (Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil
(milet) dengan batang
tanaman tegak, beruas-beruas, lampai,
dan menyisip dari tunas terbawah. Daun jewawut termasuk daun yang tidak lengkap
karena hanya terdiri dari helaian daun saja. Helaian daun ini berbentuk
pita/melancip dengan tulang daun sejajar. Permukaan daun kasar karena memiliki
bulu halus dan rapat. Daun berseling dan sejajar, tersusun dalam dua baris
berhadapan atau searah.
Sistem perakarannya khas Graminae.
Biji menghasilkan satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar
primer. Akar sekunder atau akar buku muncul pada buku pertama ketika tanaman
jewawut telah mengjasilkan dua atau tiga helai daun. Akar-akar buku menebal dan
dianggap menyediakan sebagian besar saluran untuk pengambilan air, ion, dan
sebagai pendukung pertumbuhan tanaman .
Seperti halnya sorghum, jewawut
juga merupakan tanaman serealia yang banyak mengandung karbohidrat, limbah
seperti batang dan daun dapat dijadikan pakan ternak, dapat tumbuh baik pada
iklim kering, input pupuk yang minim, lahan yang kurang subur, dll. Perbedaan jewawut dari sorghum adalah jewawut
mempunyai biji lebih kecil sekitar 3 mm ,tinggi tanaman lebih rendah yaitu
sekitar 1,5-2 m, malai rapat dan berambutt, dan biji berwarna kuning
pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam.
Klasifikasi (Taksonomi) Tanaman
Kingdom :
Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta (tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Moncots
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo :
Poales
Sebutan tanaman jewawut
bervariasi, Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya, sehingga dikenal pula sebagai
"milet Italia". masyarakat Kabupaten Belu menyebut dengan Tora
(bahasa Tetun) dan Pio’ ( bahasa bunak), masyarakat Lombok menyebut dengan jawe
dan betem , masyarakat ambon menyebut dengan hotong, atong, hetene, masyarakat
wetar menyebutnya dengan hetan, di Biak Nuamfor menyebutnya dengan pokem dan
hampir setiap daerah mempunyai nama tersendiri sesuai wilayah yang sering
membudidayakan.
Manfaat Jewawut
Jewawut telah banyak
dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan di berbagai negara di dunia ini.
Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan
makanan lain. Negara yang sering menggunakan jewawut sebagai makanan pokok
adalah Kenya, Uganda, Nigeria, Tanzania, Sudan dan India, serta masyarakat Biak
Nuamfor menggunakan jewawut sebagai makanan pokok , namun di Indonesia secara
keseluruhan masih sebagian kecil yang mengenal jenis tanaman jewawut ini, dan
tanaman jewawut paling banyak ditanam di Jawa, Sulawesi, NTB dan NTT.
Gambar : Tanaman Jewawut dengan malainya
Tidak seperti tanaman serealia
lainnya (jagung, sorghum), perkembangan jewawut di Kabupaten Belu tidak
terdeteksi karena didalam Buku statistik tidak termuat, tetapi penulis pada
tahun sekitar 2003 an pernah disuguhkan nasi jewawut yang dimasak dengan santan
oleh petani di Desa Motaulun Kecamatan Malaka Barat dan sekarangpun bila kita
cermati baik-baik, dipasar tradisional atambua dan pasar tradisional Kabupaten
Malaka masih dapat dijumpai di pedagang tradisional pada saat musim panen
sekitar bulan Juli —September. Keadaan seperti
ini menunjukkan bahwa jewawut keberadaannya di Kabupaten Belu tetap ada hingga sekarang dan masih
dipergunakan masyarakat dan tidak asing bagi masyarakat.
Kandungan gizi tanaman jewawut (setaria italica) dapat dilihat
pada tabel 2 di halaman depan yang menunjukkan kandungan gizi sorghum dan
jewawut hampir sama. Bagi masyarakat
Indonesia , pengolahan jewawut masih terbatas dengan cara mengolah
menjadi nasi , tetapi mengingat kandungan gizi jewawut, jewawut dapat diolah
menjadi makanan lain seperti dodol, bajet, bubur , mie dan minuman penyergar
seperti Milo serta tepungnya dapat dipergunakan sebagai bahan subsitusi pengganti tepung
terigu atau tepung beras pada pengolahan makanan. Keistimewaan lain dari
jewawut adalah jewawut mengandung senyawa nutrilosida
yang mampu menghambat perkembangan sel
kanker, menurunkan resiko mengidap penyakit jantung (artheriosclerosis, dan
serangan jantung, stroke dan hipertensi).
Budi daya Jewawut
Tanaman jewawut adalah tanaman yang mempunyai adaptasi yang sangat baik terhadap curah hujan yang rendah hingga
kekeringan dan tidak tahan terhadap genangan air dan kekeringan yang lama,
sehingga petani yang telah biasa membudidayakan
jewawut ini sering menanam secara tumpang sari dengan padi gogo pada
musim tanam februari— juni, hal ini
disebabkan umur jewawut lebih rendah sehingga diharapkan tidak terjadi
persaingan penggunaan air pada vase generatif padi gogo dan tumpangsari dengan
jagung atau tanaman sisipan sebelum
tanaman jagung dipanen.
Syarat Tumbuh Jewawut
Keadaan yang cocok untuk
pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman jewawut antara lain masih bertahan hidup pada curah hujan kurang
dari 125 mm, ketinggian 2000 m dpl, pH sekitar 4 –8 , jenis lahan subur dan berbagai jenis tanah
seperti berpasir hingga tanah liat yang padat dan bahkan akan tetap tumbuh pada
lahan yang miskin unsur hara, Tanaman
ini tidak memiliki musim dan bisa ditanam sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan kondisi pertumbuhannya dan tidak membutuhkan jenis tanah
khusus. Oleh sebab itu bisa ditanam dimana saja dengan cara ditabur atau
ditanam pada lubang yang telah dtugal lebih dahulu seperti menanam jagung atau
sorghum.
Cara menanam
1. Persiapan Benih
Tanaman jewawut dapat diperbanyak dengan biji, dengan cara menabur atau
dimasukkan kedalam lubang tugaalan, Kebutuhan benih sekitar 8-10 kg/ha, Jewawut yang berukuran biji besar diduga
termasuk jenis pear millet (Pennisetum glaucum). Sedangkan jewawut berbiji
kecil diduga termasuk millet jenis Panicum miliaceum atau proso millet dan
Panicum ramosum atau bronstop millet. Varietas
jewawut yang paling banyak dibudidayakan adalah minna, delima, emas, dan
rambutan.
2.
Pengolahan tanah
Tanaman Jewawut tidak membutuhkan jenis tanah khusus untuk pertumbuhannya ,
oleh sebab itu pengolahan tanah yang akan
dipergunakan sebagai lahan penanaman jewawut dapat dibagi pada 3 kategori sesuai kondisi
lahan yang ada :
A. Lahan yang baru perlu dilakukan
pembersihan seluruh bagian tanaman atau gulma,
kemudian membajak atau mencangkul untuk membantu membersihkan semua
bagia tanaman yang ada serta memberi penggemburan tanah sehingga perakaran jewawut lebih mudah berkembang.
B. Lahan dengan tingkat kesuburan lumayan ,
dapat dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada dan kemudian dengan mencangkul sedikit saja bagian tanah
yang subur guna mencegah tanah yang banyak humusnya tidak tertanam kembali kebagian yang dalam.
C. Lahan dengan tingkat kesuburan yang baik,
dapat dilakukan dengan sistem TOT (Tanpa Olah Tanah) dengan menggunakan
herbisida atau dengan membersihkan gulma secara konvensional.
Tanah yang telah diolah sebaiknya dibuat
guludan sesuai kebutuhan dan kondisi tanah dengan tujuan pembuatan guludan adalah memperbaiki
drainase dan mencegah penggenangan air. Panjang guludan disesuaikan dengan
panjang lahan, tinggi tumpukan tanah/guludan
sekitar 25–30 cm dengan lebar dasar sekitar 30–40 cm. Jarak antara
guludan tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas
hujan. Guludan dapat diperkuat dengan menanam rumput atau tanaman
perdu (Chairani, 2010).
3.
Penanaman
Sama halnya dengan sorgum, benih jewawut tidak disemaikan tetapi
dapat langsung di tanam pada lahan penanaman dengan jumlah benih yang ditanam
sebanyak satu jumput atau malai dalam satu lubang tanam .Jarak tanam yang cocok
untuk tanaman jewawut pada luas areal 2 x 3 meter adalah 75 x 20 cm
atau 70x 25 cm.
4. Pemeliharaan
· Pemupukan
Tanaman jewawut adalah tanaman yang dapat
hidup pada input minim, seperti pupuk, namun untuk memberikan hasil maksimal
pemupukannya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCL dengan
perbandingan 2 : 1 : 1
· Penyulaman
Tujuan penyulaman adalah untuk mengganti
tanaman yang pertumbuhannya kerdil , mati serta terkena serangan hama dan
penyakit. Penyulaman dilakukan dengan memindahkan tanaman yang baik dari
tumpukan tanaman dengan mencabut secara hati-hati agar seluruh akar dapat
tercabut.
· Penyiangan , pemangkasan dan pemasangan ajir.
Tujuan penyiangan adalah membersihkan
gulma yang telah tumbuh agar tidak terjadi persaingan akan unsur hara dengan
tanaman pokok, sambil dilakukan
pemangkasan pada tunas baru tanaman jewawut yang tidak produktif kemudian ajir
dipasang agar pertumbuhan jewawut lebih kuat, ajir dipasang
setelah 2-3 minggu setelah tanam. Pemangkasan kedua dilakukan setelah 2-3
minggu pemangkasan pertama .
· Pengairan
Penyiraman di lakukan untuk membantu
pertumbuhan tanaman. Penyiraman ini sebaiknya dilakukan 2 kali sehari agar
tanaman tersebut tidak mengalami kekeringan selama pertumbuhannya .
· Pengendalian Hama dan
Penyakit
Tanaman juwawut termasuk tanaman yang tahan
terhadap serangan hama penyakit, walaupun demikian tetap ada beberapa jenis
hama dan penyakit yang menyerang, namun apabila tanaman ini dirawat dengan baik
kecil kemungkinan akan terserang hama penyakit. Oleh karena itu tindakan
preventif / berjaga-jaga sangat dianjurkan agar tanaman tidak terserang dan
hama yang sering susah dikendalikan adalah hama burung.
5. Panen dan Pasca Panen
Ciri tanaman jewawut siap untuk dipanen adalah dengan ditandai
biji sudah bernas dan keras , daun atas mulai menguning bahkan mengering dan umur telah mencapai 3-4 bulan. Pemanenan
dilakukan dengan memotong pada pangkal
tangkai/ malai buah jewawut dengan panjang sekitar 15– 25 cm. waktu
pemanenan yang baik adalah siang hari
dan hari cerah.
Jewawut jenis pear mempunyai
produktivitas 3,5 ton/ha apabila dikelola secara optimal
B. Pasca Panen
Ada tiga hal penting yang
harus diperhatikan didalam melakukan pasca panen jewawut antara lain adalah
pengeringan, perontokan dan penyimpanan. Setelah panen, pengeringan hendaknya
dilakukan sesegera mungkin. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari
yaitu dengan cara menghamparkan ikatan tangkai jewawut diatas tikar atau dengan mesin pengering. Lama pengeringan
tergantung keadaan sinar matahari , dan
biasanya mencapai 60 jam atau tingkat kadar air biji jewawut sekitar 12 %.
Proses perontokan dilakukan setelah biji kering dengan cara dilirik atau dengan
mesin perontok, dan diusahakan biji jewawut jangan sampai terluka. Biji– biji
jewawut yang telah dirontokkan dibersihkan atau dipisahkan dari kotoran seperti
potongan –potongan tangkai biji dan sebagainya , kemudian disimpan pada wadah dan disimpan pada gudang , diupayakan
kelembaman ruangan gudang stabil
Bentuk hasil olahan biji jewawut adalah :
· Biji utuh (whole grain)
· Biji yang mengalami proses pengolahan
(crackedgrain),
· Bubur kental (stiff porridge),
· Roti tidak beragi (unleavened bread),
· Roti beragi (leavened bread),
· Berbagai macam makanan ringan (miscellanous
snacks),
· Berbagai jenis minuman (beverages) di berbagai
negara.
Pembuatan tepung jewawut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari biji jewawut yang sudah kering
maupun dari biji jewawut yang sudah dikecambahkan. Tepung jewawut hasil dari
perkecambahan biji memiliki nilai gizi yang lebih baik karena dengan proses perkecambahan
menyebabkan perubahan nilai nutrisi
yaitu menyederhanakan molekul-molekul karbohidrat, lemak dan protein
biji sehingga mudah dicerna dan diserap
oleh tubuh serta memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.
terima kasih
BalasHapusApakah ada sumber referensinya? Terimakasih
BalasHapuswaw sangat bermanfaat trimkasih sudah berbagi info pertanian online,
BalasHapuskunjungi balik Cara budidaya porang