BUDIDAYA TANAMAN
“MAEK BAKO” (ILES-ILES/PORANG) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PENDAPATAN
PETANI DESA TUKUNENO KABUPATEN BELU NTT
Kabupaten Belu
yang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi NTT, yang berbatasan
dengan RDTL (Republika Domestika Timor Leste ) mempunyai iklim kering, hari
hujan hanya sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya, sehingga keberhasilan
usahataninya sangat dipengaruhi curah hujan setiap tahun. Pada tahun 2015 umumnya
Indonesia mengalami anomali iklim yaitu EL Nino yaitu musim kering yang
berkepanjangan. Dampak Elnino juga dirasakan masyarakat Kabupaten Belu seperti
masyarakat desa tukuneno Kecamatan Tasifeto Barat.
Wilayah desa
Tukuneno mempunyai Topografi wilayah desa Tukuneno terdiri dari perbukitan
dengan tingkat kemiringan yang bervariasi 16 – 40 %, curah hujan rata-rata 1160
mm/thn, dengan tingkat curah hujan tertinggi antara bulan Nopember dan Februari
yang terdiri 3 – 6 bulan basah dan 7 – 9 bulan kering, suhu udara rata-rata 300
C, Ketinggian tanah dari permukaan laut bervariasi antara 300 – 400 m
dpl. Karakteristik tanah yang dimiliki oleh wilayah Tukuneno adalah Non
vulkanik berdrainase sedang dengan Ph
Netral.
Desa Tukuneno
adalah salah satu desa dari delapan desa di Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten
Belu propinsi NTT dengan luas wilayah sekitar 53,48 Km2, mempunyai potensi
lahan sawah tadah hujan sekitar 150 Ha, dan ladang /tegalan sekitar 350 Ha yang
banyak ditanam padi ladang dan berbagai jenis palawija seperti jagung, ubi
kayu, kacang tanah, kacang hijau, Iles-iles/Porang (Maek Bako), Nenas serta tanaman
perkebunan seperti jambu mete. Luasan tanaman jambu mete kurang lebih 100 Ha.
Maek Bako
(bahasa Tetun/Kab. Belu) atau Iles-iles/porang adalah sejenis tanaman yang
banyak dijumpai di hampir seluruh Kabupaten Belu. Tanaman ini satu genus dengan
suweg, walur dan bunga bangkai (Raflesia) dari marga Amorphallus yaitu jenis
tanaman talas-talasan, namun selama ini yang cukup populer adalah bunga bangkai
raflesia karena ukuran bunga cukup besar dan berbau tidak sedap. Suweg, porang
dan walur secara sepintas bila dilihat dari bentuk daunnya sama, dan untuk
membedakan ketiganya dapat diketahui dari bentuk batang , umbinya dan biji. Batang
maek bako dan walur licin tetapi warna batang maek bako berwarna lebih cerah dibanding
walur sedangkan batang suweg batang bergerigi dan berbelang-belang. Tanaman Maek
Bako menghasilkan biji di cabang tangkai daun, tetapi suweg dan walur
menghasilkan biji pada tangkai bunga yang muncul sekitar 3-4 tahun sekali pada
saat bunga sudah tua. Umbi Maek Bako berwarna kekuning-kuningan tetapi umbi
suweg dan walur tidak, Suweg dan walur
mempunyai mata tunas di umbinya tetapi umbi Maek Bako tidak . oleh sebab itu
Maek Bako dapat diperbanyak melalui biji yang dihasilkan tetapi suweg dan walur
dengan mata tunas yang ada diumbi.
Tanaman
talas-talasan ini mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau
tempat teduh. Untuk tanaman Porang
cahaya maksimum yang dibutuhkan sampai 40 % dan tinggi tempat tumbuh yang ideal
adalah 100-600 Mdpl. Tanaman talas-talasan ini yang diambil adalah umbinya .
Berat umbi bisa mencapai 3-10 Kg per umbi. Porang dapat menghasilkan kurang
lebih 35 - 40 ton umbi basah perhektar, bila kadar air umbi porang yang baru
dipanen sekitar 85 % dengan demikian keripik mentah porang perhektar bisa
mencapai 5 - 6 ton . Saat ini harga umbi kering porang ini di pengumpul di kota Atambua sekitar Rp 24.000 perkilo, ini berarti satu Ha
dapat menghasilkan sekitar 120 -148 juta Ha dalam kurun waktu 3 tahun.
Program
pemerintah Kabupaten Belu saat ini dengan pimpinan Bupati terpilih salah
satunya adalah memperluas tanaman Maek Bako, keberhasilan program ini akan
dapat tinggi karena tanaman ini tidak asing lagi dengan masyarakat Kabupaten Belu,
Budidaya tanaman ini tidak memerlukan jenis tanah yang khusus , tanaman ini
suka dengan naungan sehingga sangat baik tanaman ini ditanam di sekitar tanaman
jambu mete yang sudah tua atau rindang serta di lahan masyarakat yang selama
ini belum tergarap , tanaman maek bako tidak memerlukan perawatan secara khusus
dan yang paling menjanjikan untuk dikembangkan adalah pasar tersedia atau pengumpul. Dengan melihat peluang ini
pengembangan Maek Bako di Kabupaten Belu akan dapat meningkatkan pendapatan
petani dan kesejahteraan masyarakat.
Budidaya Amorphophallus
Syarat Pertumbuhan
1. Keadaan
Iklim
Tanaman talas-talasan ini mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap
naungan atau tempat teduh. Untuk tanaman
Porang cahaya maksimum yang dibutuhkan sampai 40 % dan tinggi tempat tumbuh
yang ideal adalah 100-600 Mdpl.
2. Keadaan tanah
Sebagai tanaman yang dipungut umbinya, keadaan tanah yang baik agar
menghasilkan umbi yang besar tentu keadaan tanah haruslah gembur/subur serta
tidak tergenang air, namun tanaman talas-talasan ini dapat tumbuh pada jenis tanah apaun dengan pH tanah
6-7.
3. Kondisi Lingkungan.
Tanaman talas-talasan ini memerlukan tanaman keras sebagai tegakan yang
melindungi dari sinar matahari langsung sebab matahari langsung yang
menerpa pada tanaman ini membuat daun
akan cepat layu dan tanaman tidak tumbuh optimal. Keteduhan yang diberikan
secukupnya saja oleh sebab itu kerapatan pohon pada lahan yang akan ditanami
umbi ini tidak harus terlalu rapat cukup
40 % saja. Dengan kondisi lingkungan
seperti ini tanaman talas-talasan ini banyak dibudidayakan di Hutan Rakyat seperti hutan jati, hutan Mahoni di Pulau Jawa.
Persiapan Benih.
Tanaman talas-talasan ini berkembangbiak dapat melalui biji bunga, biji
buah maupun tunas. Dengan melihat perbedaan tanaman Suweg, porang dan walur, perkembangbiakan
porang dapat melalui biji buah atau umbi sedang tanaman suweg dengan ketiga
alat perkembangbiakan tersebut. Karena umbi porang merupakan umbi tunggal disarankan benih dapat
diambil dari biji buah yang terdapat didahan daun setelah biji sudah matang,
sedangkan walur dan suweg lebih disarankan benih diambil dari mata-mata tunas
yang timbul pada umbi, karena untuk mendapat kan biji dari tanaman ini
memerlukan waktu 3-4 tahun berbunga.
Jenis Perkembangbiakan Tanaman Amorphophallus
1. Perkembangbiakan dengan Bintil/Katak
(Jawa)
Dalam satu pohon porang berisi 100 butir bintil/katak. Katak ini pada
saat masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila musim hujan tiba
dapat langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
2. Perkembangbiakan dengan biji .
Setiap kurun waktu 4 tahun, tanaman talas-talasan ini akan berbunga dan
akan keluar tongkol dengan ujungnya berbiji mirip dengan tongkol jagung. Pada
saat muda biji berwarna hijau dan akan
menjadi kuning serta merah setelah masak. Satu tongkol bunga bisa menghasilkan
250 butir bibit. Benih ini terlebih dahulu disemaikan untuk menghindari
kegagalan dalam tanam, setelah batang kuat baru dipindahkan pada lahan yang
sudah disiapkan.
3. Perkembangbiakan dengan Umbi
Mata tunas yang terdapat menonjol pada kulit umbi dapat digunakan sebagai
benih untuk perkembangan selanjutnya, mata tunas yang akan digunakan sebagai
benih hendaknya diambil dari umbi yang sehat dan bernas. Mata tunas ini diambil
saat musim panen umbi untuk dikumpulkan dan segera ditanam pada lahan yang
telah disiapkan. Perkembangbiakan dengan umbi
juga dapat dilakukan dari hasil penjarangan tanaman yang terlalu rapat
dan perlu dikurangi.
Persiapan
Lahan dan Penanaman
Tanaman talas-talas ini memerlukan pohon pelindung untuk hidupnya oleh
sebab itu penanaman dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman yang
lain seperti pada hutan jati atau tumpang sari dengan jagung. Lahan diantara
pohon jati dibersihkan dari semua gulma dan digemburkan lalu dibuat lubang
sedalam 15 Cm dengan jarak 45 x 120 Cm. Bila tumpang sari dengan jagung, jagung
terlebih dahulu ditanam 1 bulan sebelum
anakan atau umbi talas-talasan ditanam, jarak tanam diantara jagung
adalah 1 x 25 cm. Penaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
Pemupukan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal , perlu dilakukan pemupukan dengan
pupuk kandang atau pupuk anorganik. Setiap hektar dibutuhkan pupuk kandang
sebanyak 50 ton, dengan pupuk anorganik sebanyak 40 Kg/Ha NPK, 40 Kg/Ha P2O5
dan sebanyak 80 Kg/ha K2O
Pemeliharaan
Penyiangan rumput disekitar tanaman Amorphophapillus perlu dilakukan
dengan tujuan menghilangkan gangguan dan mengurangi perebutan unsur hara antara
tanaman utama dengan gulma , dan penyiangan dapat dilakukan sekali pada gulma.
Hama yang sering terjadi pada musim penghujan adalah hama Rycholola Sp, Theretra Sp, sedangkan
umbi sering diserang ulat Araecenes Sp. dan cacing Heterodera Marione.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida (Rydomil), insektisida
(Thiodan), dan nematisida (Furan 3G) dan penyakit yang sering disebabkan jamur
Sclerotium Sp. sehingga daunnya menjadi layu.
Panen dan Pasca Panen
Panen dapat
dilakukan setelah ditandai dengan layu dan keringnya daun, yaitu setelah
berumur 2-3 tahun . Pemanenan dapat dilakukan secara tradisional yaitu
membongkar umbi dari dalam tanah dengan mencabut atau menggali tanah disekitar
umbi dengan alat gali. Dalam penggalian diusahakan umbi jangan sampai terluka
karena dapat merusak umbi dan menurunkan kadar glukomannan. Pemanenan biasanya
pada bulan Mei - Juli .Setelah panen
perdana, tidak perlu dilakukan penanaman ulang sebab anakan umbi atau kupasan
umbi hasil panen akan menumbuhkan tanaman baru pada awal penghujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar