Rabu, 20 April 2016



BUDIDAYA TANAMAN “MAEK BAKO” (ILES-ILES/PORANG) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DESA TUKUNENO KABUPATEN BELU NTT


Kabupaten Belu yang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi NTT, yang berbatasan dengan RDTL (Republika Domestika Timor Leste ) mempunyai iklim kering, hari hujan hanya sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya, sehingga keberhasilan usahataninya sangat dipengaruhi curah hujan  setiap tahun. Pada tahun 2015 umumnya Indonesia mengalami anomali iklim yaitu EL Nino yaitu musim kering yang berkepanjangan. Dampak Elnino juga dirasakan masyarakat Kabupaten Belu seperti masyarakat desa tukuneno Kecamatan Tasifeto Barat.
Wilayah desa Tukuneno mempunyai Topografi wilayah desa Tukuneno terdiri dari perbukitan dengan tingkat kemiringan yang bervariasi 16 – 40 %, curah hujan rata-rata 1160 mm/thn, dengan tingkat curah hujan tertinggi antara bulan Nopember dan Februari yang terdiri 3 – 6 bulan basah dan 7 – 9 bulan kering, suhu udara rata-rata 300 C, Ketinggian tanah dari permukaan laut bervariasi antara 300 – 400 m dpl. Karakteristik tanah yang dimiliki oleh wilayah Tukuneno adalah Non vulkanik  berdrainase sedang dengan Ph Netral.
Desa Tukuneno adalah salah satu desa dari delapan desa di Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu propinsi NTT dengan luas wilayah sekitar 53,48 Km2, mempunyai potensi lahan sawah tadah hujan sekitar 150 Ha, dan ladang /tegalan sekitar 350 Ha yang banyak ditanam padi ladang dan berbagai jenis palawija seperti jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, Iles-iles/Porang (Maek Bako), Nenas serta tanaman perkebunan seperti jambu mete. Luasan tanaman jambu mete  kurang lebih 100 Ha.
Maek Bako (bahasa Tetun/Kab. Belu) atau Iles-iles/porang adalah sejenis tanaman yang banyak dijumpai di hampir seluruh Kabupaten Belu. Tanaman ini satu genus dengan suweg, walur dan bunga bangkai (Raflesia) dari marga Amorphallus yaitu jenis tanaman talas-talasan, namun selama ini yang cukup populer adalah bunga bangkai raflesia karena ukuran bunga cukup besar dan berbau tidak sedap. Suweg, porang dan walur secara sepintas bila dilihat dari bentuk daunnya sama, dan untuk membedakan ketiganya dapat diketahui dari bentuk batang , umbinya dan biji. Batang maek bako dan walur licin tetapi warna batang maek bako berwarna lebih cerah dibanding walur sedangkan batang suweg batang bergerigi dan berbelang-belang. Tanaman Maek Bako menghasilkan biji di cabang tangkai daun, tetapi suweg dan walur menghasilkan biji pada tangkai bunga yang muncul sekitar 3-4 tahun sekali pada saat bunga sudah tua. Umbi Maek Bako berwarna kekuning-kuningan tetapi umbi suweg dan walur tidak,  Suweg dan walur mempunyai mata tunas di umbinya tetapi umbi Maek Bako tidak . oleh sebab itu Maek Bako dapat diperbanyak melalui biji yang dihasilkan tetapi suweg dan walur dengan mata tunas yang ada diumbi.
Tanaman talas-talasan ini mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat  teduh. Untuk tanaman Porang cahaya maksimum yang dibutuhkan sampai 40 % dan tinggi tempat tumbuh yang ideal adalah 100-600 Mdpl. Tanaman talas-talasan ini yang diambil adalah umbinya . Berat umbi bisa mencapai 3-10 Kg per umbi. Porang dapat menghasilkan kurang lebih 35 - 40 ton umbi basah perhektar, bila kadar air umbi porang yang baru dipanen sekitar 85 % dengan demikian keripik mentah porang perhektar bisa mencapai 5 - 6 ton . Saat ini harga umbi kering porang ini  di pengumpul di kota Atambua  sekitar Rp 24.000 perkilo, ini berarti satu Ha dapat menghasilkan sekitar 120 -148 juta Ha dalam kurun waktu 3 tahun.
Program pemerintah Kabupaten Belu saat ini dengan pimpinan Bupati terpilih salah satunya adalah memperluas tanaman Maek Bako, keberhasilan program ini akan dapat tinggi karena tanaman ini tidak asing lagi dengan masyarakat Kabupaten Belu, Budidaya tanaman ini tidak memerlukan jenis tanah yang khusus , tanaman ini suka dengan naungan sehingga sangat baik tanaman ini ditanam di sekitar tanaman jambu mete yang sudah tua atau rindang serta di lahan masyarakat yang selama ini belum tergarap , tanaman maek bako tidak memerlukan perawatan secara khusus dan yang paling menjanjikan untuk dikembangkan adalah  pasar tersedia atau  pengumpul. Dengan melihat peluang ini pengembangan Maek Bako di Kabupaten Belu akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat.

Budidaya Amorphophallus
Syarat Pertumbuhan
1. Keadaan Iklim
Tanaman talas-talasan ini mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat  teduh. Untuk tanaman Porang cahaya maksimum yang dibutuhkan sampai 40 % dan tinggi tempat tumbuh yang ideal adalah 100-600 Mdpl.
2. Keadaan tanah
Sebagai tanaman yang dipungut umbinya, keadaan tanah yang baik agar menghasilkan umbi yang besar tentu keadaan tanah haruslah gembur/subur serta tidak tergenang air, namun tanaman talas-talasan ini dapat  tumbuh pada jenis tanah apaun dengan pH tanah 6-7.
3. Kondisi Lingkungan.
Tanaman talas-talasan ini memerlukan tanaman keras sebagai tegakan yang melindungi dari sinar matahari langsung sebab matahari langsung yang menerpa  pada tanaman ini membuat daun akan cepat layu dan tanaman tidak tumbuh optimal. Keteduhan yang diberikan secukupnya saja oleh sebab itu kerapatan pohon pada lahan yang akan ditanami umbi ini tidak harus terlalu rapat  cukup 40 % saja.  Dengan kondisi lingkungan seperti ini tanaman talas-talasan ini banyak dibudidayakan di Hutan Rakyat  seperti hutan jati, hutan Mahoni  di Pulau Jawa.

Persiapan Benih.
Tanaman talas-talasan ini berkembangbiak dapat melalui biji bunga, biji buah maupun tunas. Dengan melihat perbedaan tanaman Suweg, porang dan walur, perkembangbiakan porang dapat melalui biji buah atau umbi sedang tanaman suweg dengan ketiga alat perkembangbiakan tersebut. Karena umbi porang  merupakan umbi tunggal disarankan benih dapat diambil dari biji buah yang terdapat didahan daun setelah biji sudah matang, sedangkan walur dan suweg lebih disarankan benih diambil dari mata-mata tunas yang timbul pada umbi, karena untuk mendapat kan biji dari tanaman ini memerlukan waktu 3-4 tahun berbunga.
Jenis Perkembangbiakan Tanaman Amorphophallus
1. Perkembangbiakan dengan Bintil/Katak (Jawa)
Dalam satu pohon porang berisi 100 butir bintil/katak. Katak ini pada saat masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila musim hujan tiba dapat langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
2. Perkembangbiakan dengan biji .
Setiap kurun waktu 4 tahun, tanaman talas-talasan ini akan berbunga dan akan keluar tongkol dengan ujungnya berbiji mirip dengan tongkol jagung. Pada saat muda biji  berwarna hijau dan akan menjadi kuning serta merah setelah masak. Satu tongkol bunga bisa menghasilkan 250 butir bibit. Benih ini terlebih dahulu disemaikan untuk menghindari kegagalan dalam tanam, setelah batang kuat baru dipindahkan pada lahan yang sudah disiapkan.
3. Perkembangbiakan dengan Umbi
Mata tunas yang terdapat menonjol pada kulit umbi dapat digunakan sebagai benih untuk perkembangan selanjutnya, mata tunas yang akan digunakan sebagai benih hendaknya diambil dari umbi yang sehat dan bernas. Mata tunas ini diambil saat musim panen umbi untuk dikumpulkan dan segera ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Perkembangbiakan dengan umbi  juga dapat dilakukan dari hasil penjarangan tanaman yang terlalu rapat dan perlu dikurangi.

Persiapan Lahan dan Penanaman
Tanaman talas-talas ini memerlukan pohon pelindung untuk hidupnya oleh sebab itu penanaman dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman yang lain seperti pada hutan jati atau tumpang sari dengan jagung. Lahan diantara pohon jati dibersihkan dari semua gulma dan digemburkan lalu dibuat lubang sedalam 15 Cm dengan jarak 45 x 120 Cm. Bila tumpang sari dengan jagung, jagung terlebih dahulu ditanam 1 bulan sebelum  anakan atau umbi talas-talasan ditanam, jarak tanam diantara jagung adalah 1 x 25 cm. Penaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.


Pemupukan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal , perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang atau pupuk anorganik. Setiap hektar dibutuhkan pupuk kandang sebanyak 50 ton, dengan pupuk anorganik sebanyak 40 Kg/Ha NPK, 40 Kg/Ha P2O5 dan sebanyak 80 Kg/ha K2O

Pemeliharaan
Penyiangan rumput disekitar tanaman Amorphophapillus perlu dilakukan dengan tujuan menghilangkan gangguan dan mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman utama dengan gulma , dan penyiangan dapat dilakukan sekali pada gulma.
Hama yang sering terjadi pada musim penghujan adalah  hama Rycholola Sp, Theretra Sp, sedangkan umbi sering diserang ulat Araecenes Sp. dan cacing Heterodera Marione. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida (Rydomil), insektisida (Thiodan), dan nematisida (Furan 3G) dan penyakit yang sering disebabkan jamur Sclerotium Sp. sehingga daunnya menjadi layu.

 Panen dan Pasca Panen
Panen dapat dilakukan setelah ditandai dengan layu dan keringnya daun, yaitu setelah berumur 2-3 tahun . Pemanenan dapat dilakukan secara tradisional yaitu membongkar umbi dari dalam tanah dengan mencabut atau menggali tanah disekitar umbi dengan alat gali. Dalam penggalian diusahakan umbi jangan sampai terluka karena dapat merusak umbi dan menurunkan kadar glukomannan. Pemanenan biasanya pada bulan Mei  - Juli .Setelah panen perdana, tidak perlu dilakukan penanaman ulang sebab anakan umbi atau kupasan umbi hasil panen akan menumbuhkan tanaman baru pada awal penghujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar