Rabu, 20 April 2016

Materi Penyuluhan



RESEP-RESEP ORGANIK TANAMAN

Pertanian berkelanjutan (Sustainable agriculture) merupakan paradigma baru dalam membangun pertanian. Pertanian berkelanjutan mengupayakan usaha pertanian dengan meminimalkan input luar yang dapat merusak keberlanjutan usaha pertanian seperti pemakaian pupuk anorganik, pestisida kimiawi, penggunaan energi yang boros, dan kurang memanfaatkan kearifan lokal oleh sebab itu pertanian berkelanjutan harus mempunyai komponen-komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara bersama-sama saat ini dan sampai saat yang akan datang. Penggunaan bahan kimia sintetik merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi hal ini disebabkan bahan sintetik dengan frekwensi pemakaian yang tinggi akan menyebabkan kerusakan fisik dan kimiawi pada tanah.
Tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan antara lain tujuan ekonomi terkait dengan masalah efisiensi (efficiency), tujuan ekologi terkait dengan masalah konservasi sumber daya alam, dan tujuan sosial terkait dengan masalah pengurangan kemiskinan (poverty) dan pemerataan (equity). `
Pengendalian hama/penyakit dan pelaksanaan pemupukan merupakan bagian dari upaya untuk menyelenggarakan pertanian berkelanjutan  bertujuan untuk meningkatkan produksi. Pada umumnya, petani menggunakan pestisida dan pupuk kimia (sintetis) karena merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menangani masalah hama/penyakit dan kesuburan tanaman. Hal ini, membuat petani  ketergantungan terhadap pestisida dan pupuk kimia tinggi. disilain, aplikasi pestisida dan pupuk kimia menimbulkan banyak kerugian seperti  mencemari lingkungan, meningkatkan residu kimia pada produk pertanian, mengancam kesehatan konsumen, dan mengganggu keseimbangan ekologi di sekitarnya serta kerusakanan tanah. Bahkan, pestisida dan pupuk kimia tersebut juga mengganggu kehidupan biologi dalam tanah dan meningkatkan biaya prdukusi karena harganya yang mahal. Oleh sebab itu pengendalian hama dan kesuburan tanaman dengan memakai ramuan organik  berbahan alami yang ada disekitar kita dapat memberi hasil yang aman untuk konsumen dan lingkungan.
Resep organik untuk pengendalian hama  adalah campuran bahan alami yang tidak asing bagi kita, mudah didapat disekitar kita seperti pinang, daun sirsak, daun Tembakau, cabe, bawang putih, dll yang dapat digunakan sebagai pengganti pestisida. Ramuan ini sangat aman untuk tanaman maupun lingkungan. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
Bahan- bahan :
-          Buah pinang hampir tua 20 bh
-          Daun sirih 20 lbr
-          Daun sirsak 100 lbr
-          Srei 20 batang
-          Bawang putih bersama kulitnya ¼ kg
-          Tembakau jadi atau daun Tembakau ¼ kg
-          Cabe rawit 20 – 25 buah dibuang tangkainya
-          Air sebanyak 10 liter
Peralatan : Blender, lesung, jerigen, baskom
Cara Pembuatan :
-          Pinang ditumbuk halus dengan memakai lesung
-          Bahan lainnya diblender
-          Semua bahan yang sudah halus dimasukkan kedalam jerigen dengan air 20 liter .
-          Jerigen tutup dengan rapat
-          Fermentasikan selama 1 hari 1 malam
-          Lalu disaring, cairan hasil saringan siap digunakan.
Dosis dan aplikasi :
DOSIS : 1 Gelas untuk 1 tangki semprot
UNTUK PEREKAT BOLEH MEMAKAI :
1 BUTIR TELOR/1 SENDOK SABUN COLEK/1 PELEPAH LIDAH BUAYA  DIGUNAKAN KAPASITAS UTK 1 TANGKI SEMPROT
APLIKASI : Semprotkan 1 x dalam 5 hari ada atau tidak ada hama
Resep organik  tanaman sebagai pupuk  adalah fermentasi dari berbagai bahan seperti buah-buahan, sayuran dan jagung dengan ragi tape, air cucian beras, dan usus ikan.. Resep ini sangat aman untuk tanaman maupun lingkungan.
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :
Bahan-bahan I (semua bahan ini diiris kecil-kecil) :
1.      Semangka beserta kulitnya satu buah
2.      Pisang berserta kulitnya 5 buah
3.      Mangga 2 buah,
4.      Pepaya 1 buah dikeluarkan bijinya
5.      Nenas dengan kulitnya 1 buah
6.      Kacang panjang 20 batang
7.      Batang kangkung dan akarnya 1 ikat
8.      Ujung Jagung muda berkulit 3 potong
Bahan – bahan II :
-          1 Kg gula merah dididihkan dengan 1 ltr air
-          Air cucian beras 5 ltr
-          Ragi Tape 5 biji
-          Air kelapa 5 ltr
-          Usus Ikan Nila 1 ons
Peralatan : Blender, Jerigen 15 Ltr, Baskom, Kompor, Selang aguarium 1 m, botol 1 bh dan lem plastik.

Cara membuat :
-          Semua Bahan I di bleacing dengan air bersuhu 700C dan ditunggu sampai dingin.
-          Blender, jerigen disterilkan dengan air panas atau dengan alkohol 70 %
-          Gula merah cair dimasukkan dalam jerigen steril
-          Bahan I yang telah dingin dibelender, bersama dengan ragi tape dan usus ikan lalu dimasukkan dalam jerigen.
-          Tutup rapat jerigen beri selang pada tutupnya dan masukkan ujung selang ke dalam botol berisi air sebagai aerator utk mengurangi tekanan gas didalam jerigen sekaligus menghindari bakteri lain masuk jerigen
-          Jerigen digunjang setiap 2 hari selama 5 menit dengan selang tetap berada dalam botol untuk mengeluarkan gas dari dalam jerigen.
-          Lama fermentasi minimal 14 hr. semakin lebih baik. Bila berhasil akan berbau seperti tape dan berbau busuk bila gagal.
-          Saring rotan dan simpan ditempat yang sudah disterilkan. Rotan siap digunakan.
Dosis dan cara aplikasi pemakaian :
Dosis :
Pertangki 1 gelas semprotkan pada tanah dan tanaman :
1.      Ramuan 1 gelas / 200 ml
2.      Dedak 1 genggam
3.      Gula 5 sendok
Cara Aplikasi :
1.      Diamkan selama 1 jam kemudian saring.
2.      Semprotkan pada lahan
3.      Semprotkan keseluruh tanaman (batang,Daun)
4.      Waktu aplikasi sebaiknya antara jam 6 s/d 9 pagi atau jam 15 s/d 18
5.      Waktu aplikasi 2 minggu sekali.

Selamat mencoba……. Dan semoga berhasil……

Materi Penyuluhan



BUDIDAYA TANAMAN “MAEK BAKO” (ILES-ILES/PORANG) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DESA TUKUNENO KABUPATEN BELU NTT


Kabupaten Belu yang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi NTT, yang berbatasan dengan RDTL (Republika Domestika Timor Leste ) mempunyai iklim kering, hari hujan hanya sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya, sehingga keberhasilan usahataninya sangat dipengaruhi curah hujan  setiap tahun. Pada tahun 2015 umumnya Indonesia mengalami anomali iklim yaitu EL Nino yaitu musim kering yang berkepanjangan. Dampak Elnino juga dirasakan masyarakat Kabupaten Belu seperti masyarakat desa tukuneno Kecamatan Tasifeto Barat.
Wilayah desa Tukuneno mempunyai Topografi wilayah desa Tukuneno terdiri dari perbukitan dengan tingkat kemiringan yang bervariasi 16 – 40 %, curah hujan rata-rata 1160 mm/thn, dengan tingkat curah hujan tertinggi antara bulan Nopember dan Februari yang terdiri 3 – 6 bulan basah dan 7 – 9 bulan kering, suhu udara rata-rata 300 C, Ketinggian tanah dari permukaan laut bervariasi antara 300 – 400 m dpl. Karakteristik tanah yang dimiliki oleh wilayah Tukuneno adalah Non vulkanik  berdrainase sedang dengan Ph Netral.
Desa Tukuneno adalah salah satu desa dari delapan desa di Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu propinsi NTT dengan luas wilayah sekitar 53,48 Km2, mempunyai potensi lahan sawah tadah hujan sekitar 150 Ha, dan ladang /tegalan sekitar 350 Ha yang banyak ditanam padi ladang dan berbagai jenis palawija seperti jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, Iles-iles/Porang (Maek Bako), Nenas serta tanaman perkebunan seperti jambu mete. Luasan tanaman jambu mete  kurang lebih 100 Ha.
Maek Bako (bahasa Tetun/Kab. Belu) atau Iles-iles/porang adalah sejenis tanaman yang banyak dijumpai di hampir seluruh Kabupaten Belu. Tanaman ini satu genus dengan suweg, walur dan bunga bangkai (Raflesia) dari marga Amorphallus yaitu jenis tanaman talas-talasan, namun selama ini yang cukup populer adalah bunga bangkai raflesia karena ukuran bunga cukup besar dan berbau tidak sedap. Suweg, porang dan walur secara sepintas bila dilihat dari bentuk daunnya sama, dan untuk membedakan ketiganya dapat diketahui dari bentuk batang , umbinya dan biji. Batang maek bako dan walur licin tetapi warna batang maek bako berwarna lebih cerah dibanding walur sedangkan batang suweg batang bergerigi dan berbelang-belang. Tanaman Maek Bako menghasilkan biji di cabang tangkai daun, tetapi suweg dan walur menghasilkan biji pada tangkai bunga yang muncul sekitar 3-4 tahun sekali pada saat bunga sudah tua. Umbi Maek Bako berwarna kekuning-kuningan tetapi umbi suweg dan walur tidak,  Suweg dan walur mempunyai mata tunas di umbinya tetapi umbi Maek Bako tidak . oleh sebab itu Maek Bako dapat diperbanyak melalui biji yang dihasilkan tetapi suweg dan walur dengan mata tunas yang ada diumbi.
Tanaman talas-talasan ini mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat  teduh. Untuk tanaman Porang cahaya maksimum yang dibutuhkan sampai 40 % dan tinggi tempat tumbuh yang ideal adalah 100-600 Mdpl. Tanaman talas-talasan ini yang diambil adalah umbinya . Berat umbi bisa mencapai 3-10 Kg per umbi. Porang dapat menghasilkan kurang lebih 35 - 40 ton umbi basah perhektar, bila kadar air umbi porang yang baru dipanen sekitar 85 % dengan demikian keripik mentah porang perhektar bisa mencapai 5 - 6 ton . Saat ini harga umbi kering porang ini  di pengumpul di kota Atambua  sekitar Rp 24.000 perkilo, ini berarti satu Ha dapat menghasilkan sekitar 120 -148 juta Ha dalam kurun waktu 3 tahun.
Program pemerintah Kabupaten Belu saat ini dengan pimpinan Bupati terpilih salah satunya adalah memperluas tanaman Maek Bako, keberhasilan program ini akan tinggi karena tanaman ini tidak asing lagi dengan masyarakat Kabupaten Belu, Budidaya tanaman ini tidak memerlukan jenis tanah yang khusus , tanaman ini suka dengan naungan sehingga sangat baik tanaman ini ditanam di sekitar tanaman jambu mete yang sudah tua atau rindang serta di lahan masyarakat yang selama ini belum tergarap , tanaman maek bako tidak memerlukan perawatan secara khusus dan yang paling menjanjikan untuk dikembangkan adalah  pasar tersedia atau  pengumpul. Dengan melihat peluang ini pengembangan Maek Bako di Kabupaten Belu akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat.

Budidaya Amorphophallus
Syarat Pertumbuhan
1. Keadaan Iklim
Tanaman talas-talasan ini mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat  teduh. Untuk tanaman Porang cahaya maksimum yang dibutuhkan sampai 40 % dan tinggi tempat tumbuh yang ideal adalah 100-600 Mdpl.
2. Keadaan tanah
Sebagai tanaman yang dipungut umbinya, keadaan tanah yang baik agar menghasilkan umbi yang besar tentu keadaan tanah haruslah gembur/subur serta tidak tergenang air, namun tanaman talas-talasan ini dapat  tumbuh pada jenis tanah apaun dengan pH tanah 6-7.
3. Kondisi Lingkungan.
Tanaman talas-talasan ini memerlukan tanaman keras sebagai tegakan yang melindungi dari sinar matahari langsung sebab matahari langsung yang menerpa  pada tanaman ini membuat daun akan cepat layu dan tanaman tidak tumbuh optimal. Keteduhan yang diberikan secukupnya saja oleh sebab itu kerapatan pohon pada lahan yang akan ditanami umbi ini tidak harus terlalu rapat  cukup 40 % saja.  Dengan kondisi lingkungan seperti ini tanaman talas-talasan ini banyak dibudidayakan di Hutan Rakyat  seperti hutan jati, hutan Mahoni  di Pulau Jawa.

Persiapan Benih.
Tanaman talas-talasan ini berkembangbiak dapat melalui biji bunga, biji buah maupun tunas. Dengan melihat perbedaan tanaman Suweg, porang dan walur, perkembangbiakan porang dapat melalui biji buah atau umbi sedang tanaman suweg dengan ketiga alat perkembangbiakan tersebut. Karena umbi porang  merupakan umbi tunggal disarankan benih dapat diambil dari biji buah yang terdapat didahan daun setelah biji sudah matang, sedangkan walur dan suweg lebih disarankan benih diambil dari mata-mata tunas yang timbul pada umbi, karena untuk mendapat kan biji dari tanaman ini memerlukan waktu 3-4 tahun berbunga.
Jenis Perkembangbiakan Tanaman Amorphophallus
1. Perkembangbiakan dengan Bintil/Katak (Jawa)
Dalam satu pohon porang berisi 100 butir bintil/katak. Katak ini pada saat masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila musim hujan tiba dapat langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
2. Perkembangbiakan dengan biji .
Setiap kurun waktu 4 tahun, tanaman talas-talasan ini akan berbunga dan akan keluar tongkol dengan ujungnya berbiji mirip dengan tongkol jagung. Pada saat muda biji  berwarna hijau dan akan menjadi kuning serta merah setelah masak. Satu tongkol bunga bisa menghasilkan 250 butir bibit. Benih ini terlebih dahulu disemaikan untuk menghindari kegagalan dalam tanam, setelah batang kuat baru dipindahkan pada lahan yang sudah disiapkan.
3. Perkembangbiakan dengan Umbi
Mata tunas yang terdapat menonjol pada kulit umbi dapat digunakan sebagai benih untuk perkembangan selanjutnya, mata tunas yang akan digunakan sebagai benih hendaknya diambil dari umbi yang sehat dan bernas. Mata tunas ini diambil saat musim panen umbi untuk dikumpulkan dan segera ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Perkembangbiakan dengan umbi  juga dapat dilakukan dari hasil penjarangan tanaman yang terlalu rapat dan perlu dikurangi.

Persiapan Lahan dan Penanaman
Tanaman talas-talas ini memerlukan pohon pelindung untuk hidupnya oleh sebab itu penanaman dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman yang lain seperti pada hutan jati atau tumpang sari dengan jagung. Lahan diantara pohon jati dibersihkan dari semua gulma dan digemburkan lalu dibuat lubang sedalam 15 Cm dengan jarak 45 x 120 Cm. Bila tumpang sari dengan jagung, jagung terlebih dahulu ditanam 1 bulan sebelum  anakan atau umbi talas-talasan ditanam, jarak tanam diantara jagung adalah 1 x 25 cm. Penaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.


Pemupukan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal , perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang atau pupuk anorganik. Setiap hektar dibutuhkan pupuk kandang sebanyak 50 ton, dengan pupuk anorganik sebanyak 40 Kg/Ha NPK, 40 Kg/Ha P2O5 dan sebanyak 80 Kg/ha K2O

Pemeliharaan
Penyiangan rumput disekitar tanaman Amorphophapillus perlu dilakukan dengan tujuan menghilangkan gangguan dan mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman utama dengan gulma , dan penyiangan dapat dilakukan sekali pada gulma.
Hama yang sering terjadi pada musim penghujan adalah  hama Rycholola Sp, Theretra Sp, sedangkan umbi sering diserang ulat Araecenes Sp. dan cacing Heterodera Marione. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida (Rydomil), insektisida (Thiodan), dan nematisida (Furan 3G) dan penyakit yang sering disebabkan jamur Sclerotium Sp. sehingga daunnya menjadi layu.

 Panen dan Pasca Panen
Panen dapat dilakukan setelah ditandai dengan layu dan keringnya daun, yaitu setelah berumur 2-3 tahun . Pemanenan dapat dilakukan secara tradisional yaitu membongkar umbi dari dalam tanah dengan mencabut atau menggali tanah disekitar umbi dengan alat gali. Dalam penggalian diusahakan umbi jangan sampai terluka karena dapat merusak umbi dan menurunkan kadar glukomannan. Pemanenan biasanya pada bulan Mei  - Juli .Setelah panen perdana, tidak perlu dilakukan penanaman ulang sebab anakan umbi atau kupasan umbi hasil panen akan menumbuhkan tanaman baru pada awal penghujan

Materi Penyuluhan



BERTANAM TOMAT DI PEKARANGAN

Penataan pekarangan bertujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya melalui pengelolaan yang intensif dengan tata letak sesuai komoditas yang diusahakan dan memanfaatkan sumber daya lokal secara bijaksana yang dapat menjamin kesinambungan penyediaan pangan rumah tangga berkualitas dan beragam. Tomat dengan buah yang merah akan memberi daya tarik tersendiri apabila ditanam dipekarangan.  Banyak  orang senang menanam tomat, namun tidak memiliki sawah/ladang yang  cukup yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan tanam.  Ada yang menjadikan budidaya tomat hanya sebagai hiburan bagi mereka yang berprofesi  bukan petani namun ada juga yang menanam tomat hanya untuk memenuhi kebutuhan dapurnya sendiri tanpa untuk diperjualbelikan atau tidak berorientasi agribisnis. Kegiatan seperti ini biasanya dilaksanakan  dengan cara menanam tomat dalam polybag di lokasi yang sempit atau di pekarangan yang relatif mudah untuk dilaksanakan.
Beberapa keuntungan menggunakan Polybag antara lain :
1.      Drainase, aerasi dan penyerapan air sangat baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur seperti halnya di tanam di lahan.
2.    Mudah dipindah-pindahkan untuk ditempatkan di tempat yang teduh atau panas sesuai keinginan. Juga dapat dipindahkan ke tempat yang dekat dengan sumber air atau dijauhkan dari tempat yang terlalu basah.
3.    Dapat digunakan sebagai tanaman pelindung angin atau debu dan tanaman penghias ruangan dalam rumah atau taman.

Adapun tahapan penanaman Tomat dalam polybag adalah sebagai berikut :
A.   Memilih dan Menyiapkan Polybag
1.      Ukuran polybag harus besar agar dapat menopang keberadaan tanaman lombok yang  perkembangan akarnya banyak, ketinggian tomat yang bisa mencapai 1,2 m, perkembangan dahan dan ranting banyak  yang menyebabkan jumlah daunnya banyak/ rimbun. Polybag yang biasa digunakan adalah yang berukuran besar dengan  panjang  50-60 cm dan lebar 40-45 cm serta tebal 0,12 mm
2.      Polybag harus berbahan plastik sehingga tidak mudah sobek.
3.      Karena terbuat dari plastik, maka polybag harus berlubang agar air siraman tidak berlebihan. Tujuannya agar akar tanaman tidak membusuk akibat terendam air. Lubang pada polybag dapat dibuat dengan cara menusuk dengan pisau atau paku atau gunting. Ukuran lubang diatur sebaik mungkin dengan jumlah bervariasi sebanyak 10-30.

B.     Pembibitan/ Pesemaian
Tanaman tomat merupakan jenis tanaman yang cocok ditanam dalam polybag, baik sebagai benih maupun tanaman jadi.  Petani dapat memilih :
1.      Menjadikan polybag sebagai lahan pesemaian dan setelah cukup besar dipindahkan ke lahan sawah/pekarangan
2.      Menjadikan polybag kecil (ukuran 8 x 8 cm) sebagai wadah semai benih dan setelah cukup umur,  bibit dapat dipindahkan ke polybag  ukuran besar sebagai wadah tanam permanennya.
3.      Pesemaian di bedengan dan pembibitannya dilakukan dalam polybag kecil ukuran 8x8 cm.  Benih lombok yang telah berkecambah atau bibit lombok umur 10-14 hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) dapat dipindahkan ke polybag kecil. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
-          Polybag tempat pembibitan perlu diisi dengan campuran tanah
-          Pemindahan bibit dari bedengan ke polybag dengan hati-hati. Saat bibit di tanam di polybag, tanah di sekitar akar tanaman di tekan-tekan agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat teduh dan disirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya. Pembibitan ini untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh pada saat pemindahan di tempat terbuka.
4.      Menjadikan polybag besar sebagai wadah tanam tomat mulai awal (benih) sampai tanaman menjadi besar dan berbuah.

C.     Penyiapan Media Tanam
1.      Tanah yang dapat dipakai sebagai media tanam dalam polybag adalah :
-          Lapisan tanah atas (top soil), kedalaman sekitar 0-27 cm karena mengandung banyak unsur organik yang dibutuhkan tanaman
-          Jenis tanah yang sesuai adalah tanah andosol dan lempung, harus berstruktur remah atau gembur agar peresapan air dan sirkulasi udara berjalan lancar
-          Derajat keasaman (PH) tanah berkisar 6,0 -7,0
-          Sebelum tanah dimasukkan dalam polybag, tanah perlu diolah yakni dengan perlakuan pembersihan dari bebatuan atau kerikil, pengapuran dan pemupukan
Pembersihan dilakukan dengan cara pengayakan .  Lubang pengayakan berukuran antara 3-5 mm atau seukuran ayakan pasir bangunan. Manfaat pengayakan  adalah memperoleh tanah yang memiliki butiran yang halus agar akar tanaman dapat dengan mudah meresap ke seluruh permukaan media tanam baik di lapisan atas, tengah maupun bawah sehingga tanaman cabe akan tumbuh subur dan pesat.
2.      Menyiapkan kesuburan tanah untuk media tanam.
a.       Dalam menyiapkan media tanam, perlu juga dilakukan pengapuran tanah apabila tanah terlalu asam. Pemberian kapur pada tanah akan memperbaiki struktur tanah.
     Akibat baik dari pengapuran tanah yang tepat adalah :
-        Menambah dan meningkatkan nitrogen organik dalam tanah dan   mengubah menjadi amoniak dan nitrat yang sangat dibutuhkan tanaman
-        Membantu mengubah struktur tanah menjadi lebih gembur
-        Memperkuat lapisan dinding jaringan atau sel sehingga tanaman tahan penyakit
Akibat buruk apabila pengapuran tanah yang berlebihan adalah :
-        Daun akan menguning akibat terjadi klorosis, yaitu akibat terganggunya proses pembentukan klorofil
-       Tanah kurang subur akibat menurunnya unsur  pospor
b.      Selanjutnya mencampurkan tanah dengan pupuk, baik pupuk kompos / pupuk kandang maupun pupuk kimia. Bila menggunakan jerami maka dipotong-potong dan dibasahi, begitu pula dengan sekam dan serbuk gergaji perlu dibasahi . Bahan lain adalah kotoran ternak seperti  kotoran ternak kambing, sapi dan ayam.
c.       Keuntungan lain selain memberikan kesuburan media tanam dari campuran sekam atau jerami atau serbuk gergaji adalah :
-        Kelembaban tanah terjaga dengan baik dan stabil. Meskipun terjadi perubahan cuaca seperti dari musim hujan ke musim kemarau, media tanamnya tidak cepat panas sehingga tanaman dapat tahan lama hidup.
-       Media tanam tidak cepat padat melainkan tetap berongga sehingga drainase (pengaturan air tanah) berjalan baik dan sirkulasi udara menjadi sempurna
-       Media tanam menahan air dan tidak cepat kering sehingga dapat mengurangi penyiraman
d.      Beberapa jenis susunan media tanam/komposisi campuran tanah dan bahan-bahan lain yang akan dipakai sebagai media tanam dalam polybag  bervariasi dan dapat dipilih salah satunya tergantung kondisi ketersediaan bahan-bahan tersebut sebagai berikut :
-        Semua lapisan diisi tanah tanpa lapisan bahan lain yang disebut  penyusunan dengan sistim satu lapisan tanah (media tanam). Yang artinya  kedalam polybag hanya diisi tanah yang telah diolah tanpa diberikan bahan lain
-       Komposisi tanah, pupuk kompos dan  sekam dengan perbandingan 2:1:1 dan ketebalan tiap bagian lapisan 3-5 cm
-       Komposisi tanah dan pupuk kandang (kompos) dengan perbandingan 1:1 dan ketebalan tiap bagian lapisan 3-5 cm
-       Bila tanah yang digunakan  tanah liat padat,  maka komposisinya adalah tanah, pupuk kompos, pasir  dengan perbandingan  1:1:1
3.      Kondisi bibit yang siap pindah/tanam :
-          Telah mempunyai 4-6 helai daun, atau
-          Sudah berumur  30-40 hari, atau
-          Tinggi batang mencapai 6-8 cm.
Bibit demikian tidak  mudah mati saat ditanam karena secara fisik sudah kuat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Bibit ditanam sebatas pangkal batang dengan posisi, tanah di sekitar pangkal batang dipadatkan agar perakaran lebih kuat,  kemudian dilakukan penyiraman

D.   Penanaman
1        Waktu penanaman harus tepat walaupun penanaman bibit dalam polybag tidak terkait musim. Sebaiknya penanaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila waktu penanaman salah seperti pada pukul 11.00 – 15.00 maka akan mengakibatkan tanaman banyak mengeluarkan air melalui penguapan sehingga tanaman akan layu sekalipun persediaan air dalam tanah cukup. Hal ini disebabkan karena akar belum baik beradaptasi menyalurkan air.
2       Lubang tanam perlu dibuat untuk mempermudah adaptasi akar bibit dengan lahan baru. Ukuran lubang tanam disesuaikan dengan ukuran tanah yang membungkus akar bibit.
-          Bibit dari polybag besar hanya dicabut tanpa menyertakan tanah. Hal ini disebabkan  benih biasanya disemai rapat karena lahan semai tidak luas. Karena bibit dicabut tanpa menyertakan tanah sehingga lubang tanamnyapun tidak begitu besar. Namun kedalamannya harus disesuaikan dengan panjang akar bibit untuk menghindari stres ketika pemindahan. Untuk menghindari tidak putus/rusaknya  akar bibit saat dicabut maka harus disiram agar tanahnya gembur.
-          Bibit dari pesemaian/pembibitan di polybag kecil membutuhkan lubang tanam yang sama atau lebih besar dari ukuran polybag kecil. Hal ini karena bibit tidak digali/dicabut tetapi diambil langsung bersama tanah atau media tanam dalam polybag pembibitan. Pembuatan lubang tanam dilakukan sekitar 3-5 hari sebelum tanam, maksudnya agar sirkulasi udara di sekeliling lubang tanam berjalan baik. Saat penanaman, sebaiknya plastik polybag dibuang agar pertumbuhan akar tidak terganggu.
-          Bibit ditanam sebatas pangkal batang dengan posisi tegak lurus, tanah di sekitar batang dipadatkan agar  perakaran lebih kuat kemudian dilakukan penyiraman. Dalam satu polybag sebaiknya ditanami satu tanaman saja. Tujuannya untuk menghindari adanya persaingan dalam pemanfaatan zat makanan yang terkandung dalam tanah.

E.     Pemeliharaan
1.      Pewiwilan/perempelanpemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum pembungaan agar tanaman tumbuh besar. Lakukan perempelan daun-dauan tua, bunga pertama dan seluruh tunas yang keluar dari ketiak daun dibawah percabangan pertama. Pewiwilan ini biasanya dilakukan dalam 2 tahap yaitu sekitar 20 hari setelah tanam dan 3-4 minggu setelah pewiwilan pertama.
2.      Penyiraman. Bila tidak hujan, penyiraman dilakukan setiap hari sampai umur 2 minggu, setelah itu cukup dilakukan 2-3 kali seminggu atau sesuai dengan kondisi kelembaban tanah. Penyiraman tanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 09.00 karena pada siang hari tanaman banyak membutuhkan air untuk proses fotosintesis.
3.      Pemupukan.  Dapat dilakukan beberapa tahap antara lain :
-          Sebulan atau 4 minggu setelah tanam diberi campuran pupuk TSP sebanyak 10 gram (sekitar 1 senduk makan penuh) dan pupuk KCl sebanyak 7 gram (sekitar 2 senduk teh penuh)
-          Pada umur 6 minggu setelah tanam, diberi pupuk urea sebanyak 7 gram
-          Setelah berumur 8 minggu atau 10 minggu diberi campuran pupuk Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1:1:1. Jumlah/dosis yang diberikan sebanyak 7-10 gram/tanaman. Campuran pupuk ini dapat diganti dengan pupuk majemuk NPK (15:15:15)
-          Cara pemberian pupuk : dengan cara membenamkan ke dalam
media tanam di pinggiran atau dinding polybag bagian dalam.
4.  Pengendalian Hama dan Penyakit.
Hama yang dominan menyerang adalah kutu daun, thrips dan lalat buah, sedangkan penyakit yang dominan menyerang adalah layu bakteri dan virus mosaik yang menyebabkan stagnasi dan kematian tanaman. Adapun pengendalian yang dapat dilakukan sebagai berikut:
-          Kutu daun  dengan menggunakan Decis, Marshall
-          Thrips dengan menggunakan Mesurol, Perfekthion
-          Lalat buah dengan menggunakan eugenol/petrogen untuk menarik lalat buah yang ditempatkan di sudut lokasi pertanaman cabe atau dengan menggunakan curacron, decis.
-          Layu bakteri dan mozaik dengan pencabutan atau pemusnahan tanaman yang sakit, aplikasi insektisida untuk mengendalikan serangga vektor antara lain dengan curacron dan marshal.

F.      Panen dan Pasca Panen
Tomat dapat dipanen pertama kalinya setelah berumur 3-4 bulan atau 75-80 hari setelah tanam. Kemudian panen berikutnya setiap 3-4 hari sekali atau seminggu sekali. Pada pertanaman yang baik, pemanenan dapat dilakukan hingga 20 kali, namun pada umumnya sekitar 15 kali. Pada pemetikan pertama hingga pemetikan ketujuh akan terjadi kenaikan produksi, namun pada pemetikan kedelapan dan seterusnya produksi tetap dan kemudian menurun. Pemetikan dilakukan secara manual (dengan tangan)  secara hati-hati agar percabangan atau tangkai tanaman tidak patah.