Sabtu, 02 Agustus 2014

SUWEG , PORANG, WALUR (Amorphophallus)



Suweg, Porang  , Walur  dan Bunga Bangkai Raksasa adalah tanaman  satu genus/marga yaitu Amorphophallus dari jenis tanaman talas-talasan dan yang paling populer dari keempat ini adalah Bunga Bangkai Raksasa sebab ukuran bunga  cukup besar dan berbau. Sedang Suweg, Porang dan Walur sejenis bunga bangkai yang lebih kecil dan nama ini diberikan sesuai daerah ditemukan. Suweg , Porang dan Walur (dari bahasa Jawa) , Maek ( dari bahasa Tetun Kabupaten Belu), elephant foot yam atau stink lily (bahasa Inggris),
Untuk membedakan antara Suweg, Porang dan Walur agak sulit, karena bentuk batang, warna batang, bentuk daun dll hampir sama tetapi bila dilihat dari segi umbi dapat dibedakan namun di daerah tertentu ada yang menyebut tanaman Amorphophallus ini suweg dengan ciri yang sama menyebutnya juga  didaerah lain Porang atau walur. Taksonomi tanaman talas-talasan ini  sebagai berikut : 
Divisi /Kerajaan : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa/ Ordo : Arales
Suku /Famili : Araceae
Marga /Genus : Amorphophallus.
Suweg , Porang, dan Walur adalah tumbuhan semak (herba) dengan tinggi 100—150 Cm, batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau kehitaman, belang-belang (bercak) putih. Tangkai daun yang keluar dari umbi  merupakan batang tunggal yang memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun.  Apabila seluruh daun termasuk tangkainya menjadi layu pertanda umbi sudah siap dipanen dan juga merupakan tanda fase pembungaan akan terjadi. Ciri khas bunga talas-talasan ini adalah bunganya  majemuk  , bunga-bunga tumbuh pada tongkol yang dilindungi oleh seludang bunga. Kuntum bunga tidak sempurna, berumah satu, berkumpul di sisi tongkol, dengan bunga jantan terletak di bagian distal (lebih tinggi) daripada bunga betina. Struktur generatif ini pada saat mekar mengeluarkan bau bangkai yang memikat lalat untuk membantu penyerbukannya. Tanaman ini juga disebut tanaman dwimusim karena fase generative dan fase vegetatif terjadi tidak pada waktu yang sama.
Jenis tanaman talas-talasan ini adalah tanaman asli Asia Tenggara dan tumbuh di hutan-hutan kawasan Malaysia, Filipina, serta India tropik (bagian selatan) demikian juga di kabupaten Belu tumbuh ini banyak dihutan-hutan . Di Kabupaten Belu tanaman ini  diambil umbinya untuk dimasak  dan dimakan pada musim paceklik dari hutan-hutan , tetapi bila ketersediaan pangan masih ada tanaman ini tetap diambil untuk diberikan pada ternak seperti babi.







































Suweg yang banyak dikenal antaralain  Jenis  Amorphophallus paeoniifolius,   Amorphophallus variabilis dan  Amorphophallus campanulatus , sedang Porang yang dikenal adalah Jenis  Amorphophallus oncophyllus , Amorphophallus muelleri dan bunga bangkai raksasa adalah jenis Amorphophallus titanium.
Tanaman talas-talasan ini yang diambil adalah umbinya . Berat umbi bisa mencapai 3-10 Kg per umbi. Umbi banyak mengandung  Kalsium—Oksalat  yang menyebabkan rasa muntah, gatal pada  lidah dan kerongkongan bila dimakan mentah. Kalsium oksalat pada suweg akan hilang bila direbus, tetapi pada porang dan walur Kalsium oksalat ini agak susah dihilangkan. Beberapa penulis mengatakan Kalium oksalat dapat dihilangkan dengan merendam irisan umbi pada larutan garam 5 % , fungsi garam selain mencegah browning juga sebagai penetral alkaloid, mempercepat pelarutan kalsium oksalat serta memperpanjang masa simpan.  Umbi suweg juga  mengandung zat kimia seperti flavonoid dan saponin sedangkan  daun dan batang suweg mengandung saponin dan polifenol


Manfaat  tanaman Talas-talasan.
Zat kimia lain yang terkandung pada tanaman ini adalah Glukomannan yang dapat diambil sebagai suplemen pangan bagi penderita Diabetes Militus, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, sembelit dan sebagai penurun berat badan. Kadar Glukomannan dalam umbi bervariasi  tergantung dari Umur tanaman, jenis tanaman dan perlakuan sebelum dikeringkan dan pada proses pengolahan lebih lanjut. Umbi tanaman ini selain berfungsi sebagai pangan fungsional, juga dapat diolah menjadi tepung untuk bahan industri pembungkus kapsul, perekat tablet, lem, film , penguat kertas, Pengental (Thickening agent), gelling agent dan pengikat air. Bahan Mannan pada umbi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai penjernih dan pemurnian bagian koloid yang terapung dalam industri Bir, Gula , Minyak dan serat.
Di Jepang umbi diolah dengan cara memasak lalu dilumatkan untuk mendapatkan pati, kemudian dipadatkan menggunakan air kapur menjadi gel yang disebut ‘Konnyaku’, atau olahan berbentuk lempengan nata de coco, dan shirataki (seperti mi). Kedua penganan tersebut merupakan menu utama yang disebut shabu-shabu. Shirataki dan konyaku dapat dikombinasikan dengan hidangan laut, daging, atau sayuran.   Tepung Suweg, salah satu olahan dari umbi suweg yang dapat menggantikan "Oatmeal" yang bermanfaat menjaga kolestrol dalam darah tetap rendah . Hal ini telah diteliti oleh Didah Nur Faridah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Kamis (20/1/2011).
Pada jaman penjajahan Belanda, umbi Amorphophapallus ini  dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras dan bahan karbohidrat lainnya oleh rakyak Indonesia. Bahkan tanaman ini memiliki andil sangat besar bagi rakyat miskin pada waktu itu karena mereka menjadikan umbi suweg sebagai sumber cadangan pangan. Untuk masyarakat Jawa khususnya umbi tanaman ini dibuat kolak, bubur, nasi tiwul atau dikukus biasa.


     Negara Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa sebagai negara pengimport  glokomannan dari Indonesia, dan di wilayah Jawa juga menerima tepung Amorphophallus ini untuk diolah selanjutnya sebagai bahan Industri seperti diuraikan diatas dan bahan Mie.
Dengan melihat banyaknya manfaat  umbi tanaman talas-talasan ini serta pangsa pasar yang ada , sangat berpotensi dan prospek baik  untuk dikembangkan secara besar-besaran di Kabupaten Belu.

Budidaya Amorphophallus
Syarat Pertumbuhan
1. Keadaan Iklim
Tanaman talas-talasan ini mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat  teduh. Untuk tanaman Porang cahaya maksimum yang dibutuhkan sampai 40 % dan tinggi tempat tumbuh yang ideal adalah 100-600 Mdpl.
2. Keadaan tanah
Sebagai tanaman yang dipungut umbinya, keadaan tanah yang baik agar menghasilkan umbi yang besar tentu keadaan tanah haruslah gembur/subur serta tidak tergenang air, namun tanaman talas-talasan ini dapat  tumbuh pada jenis tanah apaun dengan pH tanah 6-7.
3. Kondisi Lingkungan.
Tanaman talas-talasan ini memerlukan tanaman keras sebagai tegakan yang melindungi dari sinar matahari langsung sebab matahari langsung yang menerpa  pada tanaman ini membuat daun akan cepat layu dan tanaman tidak tumbuh optimal. Keteduhan yang diberikan secukupnya saja oleh sebab itu kerapatan pohon pada lahan yang akan ditanami umbi ini tidak harus terlalu rapat  cukup 40 % saja.  Dengan kondisi lingkungan seperti ini tanaman talas-talasan ini banyak dibudidayakan di Hutan Rakyat  seperti hutan jati, hutan Mahoni  di Pulau Jawa.


Persiapan Benih.
 Tanaman talas-talasan ini berkembangbiak dapat melalui biji bunga, biji buah maupun tunas. Dengan melihat perbedaan tanaman Suweg, porang dan walur, perkembangbiakan porang dapat melalui biji buah atau umbi sedang tanaman suweg dengan ketiga alat perkembangbiakan tersebut. Karena umbi porang  merupakan umbi tunggal disarankan benih dapat diambil dari biji buah yang terdapat didahan daun setelah biji sudah matang, sedangkan walur dan suweg lebih disarankan benih diambil dari mata-mata tunas yang timbul pada umbi, karena untuk mendapat kan biji dari tanaman ini memerlukan waktu 3-4 tahun berbunga.
Jenis Perkembangbiakan Tanaman Amorphophallus
1. Perkembangbiakan dengan Bintil/Katak (Jawa)
Dalam satu pohon porang berisi 100 butir bintil/katak. Katak ini pada saat masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila musim hujan tiba dapat langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
2. Perkembangbiakan dengan biji .
Setiap kurun waktu 4 tahun, tanaman talas-talasan ini akan berbunga dan akan keluar tongkol dengan ujungnya berbiji mirip dengan tongkol jagung. Pada saat muda biji  berwarna hijau dan akan menjadi kuning serta merah setelah masak. Satu tongkol bunga bisa menghasilkan 250 butir bibit. Benih ini terlebih dahulu disemaikan untuk menghindari kegagalan dalam tanam, setelah batang kuat baru dipindahkan pada lahan yang sudah disiapkan.
3. Perkembangbiakan dengan Umbi
Mata tunas yang terdapat menonjol pada kulit umbi dapat digunakan sebagai benih untuk perkembangan selanjutnya, mata tunas yang akan digunakan sebagai benih hendaknya diambil dari umbi yang sehat dan bernas. Mata tunas ini diambil saat musim panen umbi untuk dikumpulkan dan segera ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Perkembangbiakan dengan umbi  juga dapat dilakukan dari hasil penjarangan tanaman yang terlalu rapat dan perlu dikurangi.


Persiapan Lahan dan Penanaman
Tanaman talas-talas ini memerlukan pohon pelindung untuk hidupnya oleh sebab itu penanaman dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman yang lain seperti pada hutan jati atau tumpang sari dengan jagung. Lahan diantara pohon jati dibersihkan dari semua gulma dan digemburkan lalu dibuat lubang sedalam 15 Cm dengan jarak 45 x 120 Cm. Bila tumpang sari dengan jagung, jagung terlebih dahulu ditanam 1 bulan sebelum  anakan atau umbi talas-talasan ditanam, jarak tanam diantara jagung adalah 1 x 25 cm. Penaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
Pemupukan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal , perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang atau pupuk anorganik. Setiap hektar dibutuhkan pupuk kandang sebanyak 50 ton, dengan pupuk anorganik sebanyak 40 Kg/Ha NPK, 40 Kg/Ha P2O5 dan sebanyak 80 Kg/ha K2O
Pemeliharaan
Penyiangan rumput disekitar tanaman Amorphophapillus perlu dilakukan dengan tujuan menghilangkan gangguan dan mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman utama dengan gulma , dan penyiangan dapat dilakukan sekali pada gulma.
Hama yang sering terjadi pada musim penghujan adalah  hama Rycholola Sp, Theretra Sp, sedangkan umbi sering diserang ulat Araecenes Sp. dan cacing Heterodera Marione. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida (Rydomil), insektisida (Thiodan), dan nematisida (Furan 3G) dan penyakit yang sering disebabkan jamur Sclerotium Sp. sehingga daunnya menjadi layu. 
 Panen dan Pasca Panen
Panen dapat dilakukan setelah ditandai dengan layu dan keringnya daun, yaitu setelah berumur 2-3 tahun . Pemanenan dapat dilakukan secara tradisional yaitu membongkar umbi dari dalam tanah dengan mencabut atau menggali tanah disekitar umbi dengan alat gali. Dalam penggalian diusahakan umbi jangan sampai terluka karena dapat merusak umbi dan menurunkan kadar glukomannan. Pemanenan biasanya pada bulan Mei  - Juli .Setelah panen perdana, tidak perlu dilakukan penanaman ulang sebab anakan umbi atau kupasan umbi hasil panen akan menumbuhkan tanaman baru pada awal penghujan.
Gambar     : Umbi Amorphophallus yang memiliki bintil dan Tunggal






Sama seperti hasil pertanian lainnya Umbi Amorphophallus mudah rusak karena kandungan airnya tinggi sekitar 70-85  % sehingga perlu segera pengolahan selanjutnya sesuai dengan permintaan pasar. Pasar dalam negeri masih menerima olahan bentuk keripik atau tepung. Harga Tepung Glokomannan jauh lebih tinggi oleh sebab itu pebisnis dibidang ini disarankan  mengolah keripik  sampai mendapatkan tepung mannan.
Cara Pembuatan tepung umbi Amorphophallus
· Umbi segar dibersihkan dari tanah
· Dikupas
· Dicuci dengan air bersih
· Umbi diiris setebal 0,5 Cm
· Irisan umbi di rendan pada larutan garam 5 % selama 1 menit
· Ditiriskan lalu dikeringkan dengan Sinar Matahari atau Oven dengan Suhu 50 C selama 18 Jam. Atau 70 C selama 16 Jam.
· Keripik Umbi (Kadar air kl 12 %)



Sumber: dirangkum dari berbagai sumber