PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA
JAGUNG
DENGAN
PENGELOLAAN TERPADU
Jagung merupakan
salah satu tanaman pangan yang dapat diandalkan dan dikembangkan untuk menjadi
Komoditas unggulan pertanian karena permintaan jagung sangat banyak yaitu untuk
keperluan pangan sebagai pengganti beras, untuk pakan ternak dan untuk
keperluan industri lainnya. Jagung (Zea maize) juga adalah komoditas pangan kedua setelah padi,
mempunyai wilayah adaptasi yang cukup luas mulai lahan
subur hingga lahan marginal. Dapat dikembangkan mulai agroekosistem lahan
kering, lahan sawah tadah hujan hingga lahan sawah irigasi. Secara nasional
pengembangan jagung pada lahan kering menempati urutan terluas. Namun
akhir-akhir ini pengembangan jagung pada lahan sawah tadah hujan mendekati
luasan pengembangan jagung pada lahan kering.
Produktivitas jagung secara nasional baru mencapai 4,2 t/ha sementara potensi hasil jagung yang ditanam
petani bisa mencapai 7-12 t/ha. Tingginya selisih antara potensi hasil varietas
dengan rataan hasil yang dicapai petani disebabkan penerapan teknologi masih
fluktuatif. Penerapan sistem tanam TOT pada lahan sawah tadah hujan selain
dapat mempercepat waktu tanam juga biaya produksinya rendah serta produksi
pipilan kering yang dicapai sama bahkan lebih bagus dari sistem tanam olah
tanah sempurna (OTS). Pengembangan jagung dapat dilakukan dengan menerapkan
sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dan sistem tanam olah tanah sempurna (OTS)
tergantung kondisi lahan. Sistem tanam TOT pada agroekosistem lahan sawah tadah
hujan dapat meningkatkan produksi jagung melalui peningkatan indeks pertanaman
(IP) jagung.
Budidaya jagung
dengan pengelolaan terpadu bukan merupakan paket teknologi melainkan merupakan
sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi jagung dalam upaya
peningkatan efisiensi usaha tani jagung dengan menggabungkan berbagai komponen
teknologi yang saling menunjang serta memperhatikan penggunaan sumber daya alam
secara bijaksana agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan
dan produktivitas tanaman.
Budidaya jagung
dengan pengelolaan Terpadu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok
dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan
melalui perakitan teknologi secara partisifasif dengan petani. Dengan
meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat dan
kesejahteraan petani dapat meningkat.
Salah satu upaya
maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan budidaya
jagung dengan Pengelolaan Terpadu didasarkan pada empat prinsip, yaitu :
· Terpadu ; merupakan suatu pendekatan
agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya
secara terpadu.
· Sinergis ; memanfaatkan teknologi
pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur
keterkaitan sinergis antar teknologi.
· Spesifik lokasi ; memperhatikan
kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi
pertanian setempat.
· Partisipatif ; petani turut berperan
serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kemampuan petani
dan kondisi setempat melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium
lapangan.
Dalam penerapan
budidaya tanaman jagung dengan Pengelolaan terpadu tidak lagi dikenal
rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap
dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan
petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi
biaya produksi dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.
Komponen
Teknologi Budidaya
Komponen
teknologi budidaya jagung dengan pengelolaan
terpadu dirakit berdasarkan kajian kebutuhan dan peluang yang akan mempelajari permasalahan yang
dihadapi petani dan cara-cara mengatasi permasalahan tersebut dalam upaya
meningkatkan produksi sehingga komponen teknologi yang dipilih akan sesuai
dengan kebutuhan setempat. Budidaya jagung dengan sistem terpadu menyediakan beberapa pilihan komponen
teknologi yang dikelompokkan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan. Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi
pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan
produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif.
Komponen
teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan
semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang
efisien sebagaimana menjadi tujuan dari Budidaya terpadu. Komponen teknologi
dasar budidaya Jagung meliputi :
1. Varietas Unggul (Hibrida atau Komposit)
2. Benih Bermutu (kemurnian/bersertifikat, daya
kecambah >95%, seed treatment, kebutuhan benih 18-20 kg/ha)
3. Populasi Tanaman 66.000 – 70.000 tan/ha (Penanaman
dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm atau 75 cm x 20 cm)
4. Pemupukan berimbang (
specific lokasi)
Teknologi tersebut mudah
diterapkan dan berpengaruh besar terhadap kenaikan hasil dan pendapatan petani.
Komponen
teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus
diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal
dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Pada wilayah
tertentu, komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar.
Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat
diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani
sendiri. Komponen teknologi pilihan
meliputi :
1. Penyiapan Lahan
2. Pupuk Organik
3. Pembuatan
saluran drainase pada lahan kering
4. Pembuatan
saluran irigasi pada lahan sawah
5. Pengendalian
gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak
6. Pembumbunan
7. Pengendalian
OPT (Organisma Pengganggu Tanaman)
8. Panen
tepat waktu dan Pengeringan
Teknis
Budidaya
Secara tehnis, upaya peningkatan produksi dan
produktivitas jagung dapat ditempuh dengan menerapkan teknologi dengan
pengelolaan terpadu . Dalam pengembangannya pengelolaan tanaman terpadu pada
komoditi jagung lebih dititik beratkan pada penggunaan pemupukan berimbang spesifik
lokasi yang tujuan utamanya adalah meningkatkan produksi serta menjaga
kelestarian lingkungan. Pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan
budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik, pada
dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman,
mengingat hara dari dalam tanah umumnya tidak tercukupi. Efisiensi pemupukan mutlak
diperlukan dalam budidaya jagung karena menentukan produktivitas tanaman dan
pendapatan yang akan diperoleh.
Perpaduan komponen teknologi dasar dan
komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar
terhadap permasalahan produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan
yang partisipatif. Teknis budidaya tanaman jagung dengan pengelolaan terpadu
adalah dengan menggabungkan kompoknen dasar dan komponen pilihan seperti
berikut :
A. Varietas Unggul (Hibrida dan komposit)
Varietas unggul adalah varietas yang berdaya hasil
tinggi, toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik atau memiliki sifat khusus.
Penggunaan varietas unggul akan memberikan hasil yang lebih tinggi dan
pemilihan varietas berdasarkan kesesuaian lokasi, ketahanan terhadap OPT, dan
keinginan petani.
Dalam budidaya jagung dengan
pengelolaan terpadu , pemilihan varietas merupakan salah satu komponen utama
yang mampu meningkatkan produktivitas jagung. Varietas jagung yang akan ditanam
dipilih varietas unggul baru (VUB) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, tahan serangan penyakit, berdaya
hasil dan bernilai jual tinggi serta memiliki kualitas rasa yang dapat diterima
pasar.
Contoh beberapa jenis jagung varietas
unggul Hibrida adalah : BISSI– 1, BISSI-2, BISSI –5, BISSI –7, Bima-1, Bima-2,
Bima –3, Bima-4, Bima-5, Pioner,
B. Benih bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan
tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (> 95 % ) dan berlabel. Benih
bermutu akan tumbuh serentak dan tumbuh lebih cepat karena telah dilakukan
perlakuan benih menggunakan metalaksil, berbunga serentak. Benih bermutu juga
menghasilkan tanaman yang sehat, tahan rebah, seragam , tongkol berisi dan
berpotensi hasil tinggi dan menghemat penggunaan benih. Kebutuhan benih sekitar
18—20 Kg/Ha.
C. Populasi Tanaman
Teknik
penanaman yang umum dilakukan pada tanaman jagung adalah dengan memasukkan
benih pada lubang yang sudah ditugal. Kedalaman lubang tanam sekitar 5 cm.
Benih yang mempunyai daya tumbuh > 95 % dengan jarak tanam 70—75 cm x 20 cm
( 1 tanaman perlubang) atau 70 –75 cm x 40 cm (2 tanaman perlubang ) akan
memberikan populasi 66.000—70.000 tanaman/ ha. Populasi
tanaman ditentukan oleh jarak tanam dan mutu benih yang digunakan. Faktor yang
menetukan jarak tanam jagung antara lain adalah : tingkat kesuburan tanah,
tingkat pertumbuhan tanaman, varietas tanaman dan tujuan produksi. Tanah yang
subur disarankan memilih jarak tanam yang agak lebar demikian sebaliknya tanah
yang kurang subur jarak tanam disarankan lebih sempit. Jagung juga dapat ditanam dengan cara tanam
legowo dengan jarak tanam 100– 50 cm x 20 cm dan benih yang dimasukkan cukup 1
butir.
100 cm 50 cm
X
X X X X X X
X
X
X X X X X X
X 20 cm
X X X X X X X
X
D. Pemupukan
berimbang
Pemberian pupuk
hendaknya berdasarkan keseimbangan antara hara yang dibutuhkan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Oleh sebab itu pemberian pupuk berbeda antar
lokasi dan jenis jagung yang ditanam seperti hibrida atau komposit. Pemberian
sesuai specific lokasi akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil yang
dicapai. Dosis dan waktu aplikasi pupuk N berdasarkan pada kebutuhan tanaman,
dapat diberikan 2 kali : 7—10 hst dan 30—35 hst. Dan BWD (bagan warna daun)
hanya digunakan pada saat 40—45 hst untuk mendeteksi tingkat kecukupan N bagi
tanaman.
Tanaman jagung yang
kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala : daun berwarna kuning pada ujung
daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. gejala ini
nampak pada daun bagian bawah. Gejala yang nampak pada jagung kekurangan unsur
Sulfur (S) adalah pangkal daun berwarna kuning yaitu pada daun yang terletak dekat pucuk. Gejala
tanaman jagung kekurangan unsur Phosfor (P) adalah pinggir daun berwarna ungu
kemerahan mulai dari ujung sampai kepangkal daun yaitu daun bagian bawah. Tanaman
jagung kekurangan unsur Kalium (K) adalah daun berwarna kuning, bagian pinggir
berwarna coklat seperti terbakar, tetapi tulang daun tetap hijau. Gejala kuning
membentuk huruf V terbalik khususnya pada daun bagian bawah.
Perhitungan
penyetaran takaran pupuk tunggal ke pupuk majemuk adalah sebagai berikut :
(contoh)
Jika 1 ha jagung akan
dipupuk dengan pupuk tunggal dengan takaran 300 kg Urea, 150 Kg SP 36 dan 75 Kg
KCl namun tidak tersedia, maka pupuk majemuk yang harus diberikan agar setara
dengan pupuk tunggal sebagai berikut :
Pupuk Urea
:
100 Kg urea mengandung 45 % N = 45 kg N, 300 kg urea = 135 Kg N. 100 Kg SP
36 mengandung 36 % P = 36 Kg P, 150 SP 36 = 54 Kg P dan 100 Kg Kcl mengandung
60 % K = 60 kg K, 75 Kg Kcl = 45 Kg K.
Pupuk Majemuk :
100 Kg mengandung 15
% N, 15 % P dan 15 % K = 15 Kg N, 15 Kg P dan 15 Kg K.
75 Kg KCl = 45 Kg K =
300 Kg pupuk majemuk.
300 Kg pupuk majemuk dapat memenuhi kebutuhan 45
kg N sehingga kurang 90 Kg = 200 Kg
Urea.
300 Kg pupuk manyemuk dapat memenuhi kebutuhan 45
Kg P, sehingga kuran 9 Kg P = 50 Kg pupuk tunggal SP 18.
Kesimpulan :
300 Kg Urea + 150 SP36 + 75 Kg KCl setara dengan
300 Kg pupuk majemuk + 50 Kg SP 18 dan 200 Kg Urea.
E. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk
budidaya tanaman jagung dimulai dengan pengolahan tanah. Pengolahan tanah
ditujukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang kondusif sebagai media perakaran bagi pertumbuhan
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman secara optimal.
Beberapa jenis
penyiapan lahan yaitu penyiapan lahan kering dengan menggunakan OTS (olah tanah
sempurna) dan penyiapan lahan untuk lahan sawah dengan TOT ( Tanpa olah tanah).
Pengolahan tanah dengan OTS juga disebut dengan pengolahan tanah konvensional
sebaiknya dilakukan setelah hujan mulai turun dengan mempertimbangkan kondisi
lengas tanah. TOT adalah cara penanaman
yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali membuat lubang kecil untuk
meletakkan benih. Jenis penyiapan lahan lainnya adalah pengolahan tanah
konservasi. Strategi penyiapan lahan yang
banyak diterapkan adalah Olah Tanah Konservasi yaitu tindakan
pengurangan pengolahan tanah diserta dengan penggunaan mulsa. Atau penyiapan
lahan dengan menyisakan tanah sebagai mulsa dengan tujuan mengurangi erosi dan
penguapan air dari permukaan tanah. OTM (olah Tanah Minimal) adalah jenis
penyiapan lahan konservasi yaitu cara penanaman yang dilakukan dengan
mengurangi frekwensi pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sekali
setahun atau sekali dalam 2 tahun tergantung tingkat kepadatan tanahnya dan
sisa tanaman yang disebarkan sebagai mulsa setelah pengolahan tanah.
F. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah
pupuk yang terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, koteoran
ternak, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami
dekomposisi. Pupuk organik dapat diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam
benih dengan dosis 2—3 ton/ha. Untuk menghitung seberapa banyak pupuk organik
yang akan di berikan perlu mengetahui lebih dahulu kisaran kandungan biomassa
dari bahan alami yang akan diaplikasikan . Misalnya biomassa Kirinyu (Ai Sukar
/bhs Tetun) mengandung N = 2,65 %, P = 0,53 % dan K = 1, %, ini berarti apabila
pupuk organik berasal dari kirinyu / ai sukar sebanyak 2.4 ton sumbangan unsur
N nya sebanyak 63.6 Kg setara dengan urea 141 Kg , unsur P 12.72 Kg setara
dengan SP 36 35 Kg, dan sumbangan unsur
K sebanyak 45.6 Kg setara dengan 76 kg KCL. Pemberian pupuk organik dan
anorganik dalam bentuk dan jumlah yang sesuai, sangat penting untuk
keberlanjutan pemanfaatan lahan secara intensif.
G. Pembuatan saluran
Drainase pada lahan Kering
Salah satu upaya
peningkatan produktivitas jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk
pertumbuhannya. Peran air bagi tanaman adalah sebagai penyedia unsur hara, zat
pelarut dan unsur yang dibutuhkan dalam proses sintesis. Tanaman jagung adalah
tanaman yang memerlukan air, namun peka terhadap kelebihan air. Air yang
berlebihan pada lahan pertanaman jagung akan mengakibatkan pertumbuhan jagung
sangat tidak baik oleh sebab itu pembuatan saluran drainase untuk pertanaman
jagung di lahan kering datar mutlak dilakukan pada musim hujan. Saluran
drainase dibuat saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul.
H. Pembuatan Saluran
Drainase pada Lahan Sawah.
Saluran irigasi perlu
dilakukan untuk memudahkan pengaturan air. Pembuatan saluran irigasi per 2
baris tanaman lebih efisien dibanding perbaris. Pembuatan saluran irigasi dapat
dilakukan saat penyiangan pertama.
I.Pengendalian Gulma secara Mekanis atau dengan Herbisida Kontak.
Gulma adalah himpunan
tanaman yang hidupnya atau pertumbuhannya tidak dikendalikan oleh manusia,
karena mengganggu dan bisa merugikan hasil pertanian yang dibudidayakan. Gulma
mengganggu dan merugikan tanaman budidaya melalui berbagai cara antaralain :
1. Persaingan
perakaran dan pengambilan unsur hara.
2. Persaingan tajuk
dan menerimaan sinar.
3. Dapat merupakan
tanaman inang bagi organisme pengganggu tanaman.
4. Merugikan
efisiensi proses penanaman dan pengolahan hasil.
5. Merugikan
efisiensi sistim irigasi karena dapat menyumbat saluran dan menambah evapo tranpirasi oleh gulma.
6. Kenaikan biaya
produksi karena penambahan tenaga dan waktu pengerjaan
tanah, penyiangan dan pembersihan saluran irigasi.
Penyiangan gulma
untuk pertama kali dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul jika ada gulma
setelah tanaman tumbuh. Penyiangan kedua dapat dilakukan dengan cangkul atau
herbisida paraquat dengan takaran 1-2 liter per ha dan dilakukan saat tanaman
berumur 30—35 hari setelah tanam. Penyiangan secara mekanis dengan cangkul atau
mesin pembuat alur bermanfaat untuk meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan
merangsangsang pertumbuhan akar lebih baik, hemat tenaga kerja serta ramah
lingkungan.
J. Pembumbunan
Pembumbunan adalah
menaikkan tanah disekitar batang tanaman jagung dengan tujuan untuk memberikan
lingkungan akar yang lebih baik, memperkokoh tanaman sehingga tidak mudah
rebah. Pembumbunan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu pada
saat bersamaan dengan penyiangan pertama
dan pembuatan saluran atau setelah pemupukan kedua (35 HST), bersamaan saat
penyiangan kedua secara mekanis.
K. Pengendalian OPT
(Organisma Penggang Tanaman)
Salah satu faktor
penyebab penurunan produktifitas tanaman jagung adalah munculnya hama dan
penyakit pada tanaman. Oleh sebab itu pengendalian OPT selalu dipantau atau
dilakukan pengendalian sesegera mungkin. Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT
haruslah berdasarkan pendekatan pengendalian terpadu yaitu : Identifikasi jenis
dan perhitungan kepadatan populasi hama. Hal ini dilakukan oleh petani dan atau
pengamat OPT melalui kegiatan survey dan monitoring hama– penyakit tanaman. Dan
Menentukan tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara ekonomi
yaitu besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan. Tingkat ambang
tindakan ini digunakan sebagai dasar penentuan teknik pengendalian hama dan
penyakit.
Cara dan teknik
pengendalian adalah :
· Mengusahakan benih yang sehat
· Pengendalian Hayati
· Penggunaan varietas tahan
hama/penyakit atau pergiliran tanaman
· Secara fisik dan mekanis
· Dengan pemakaian hormon
· Pestisida
Hama
utama jagung adalah lalat bibit, penggerak batang dan penggerak tongkol.
Penyakit utama jagung adalah Bulai dan bercak daun. Pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman jagung dilakukan dengan penyemprotan dan pemusnahan
tanaman yang terinfeksi . Semuanya tergantung jenis hama dan penyakit yang
menyerang
Lalat
Bibit (Artherigona sp)
Pengendalian
untuk budidaya TOT
· Hayati
· Kultur teknis
· Varietas resisten
· Kimiawi
Penggerek
tongkol (Heliotis armigare, Helicoverta armigare)
Pengendalian
dengan penyemprotan setelah terbentuk rambut jagung
Hama Jagung antara lain :
1. Ulat Tanah (Agrotis
sp)
Pengendalian Kimiawi
dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif klorpirifos, sipermetrin
· Pengelolalaan tanaman jagung
· Penggunaan varietas jagung
resisten/tahan
· Kebersihan dan pengelolaan gudang
tempat penyimpanan jagung
· Persiapan biji jagung yang disimpan
· Pengendalian Hayati dengan penggunaan
agensia pathogen
· Fumigasi
Penyakit
jagung : Hawar Daun, Busuk pelepah, Penyakit Bulai, Busuk tongkol, Busuk
batang, Karat Daun, bercak Daun, Virus Mosaik)
· Hawar/
Blight
Penyakit
hawar disebabkan oleh bakteri yang biasa menyerang daun bagian bawah tanaman
muda yang akan berbunga, dengan gejla awalnya munculnya bercak-bercak pada daun
berbentuk V. akibatnya pertumbuhan terhambat dan produktivitasnya menurun, daun
mengering lalu mati. Pencegahan dapat dilakukan dengan penggunaan benih yang
tahan penyakit hawar daun dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara
memusnakan tanaman yang terserang.
· Bulay/Downy
Midlew
Penyakit
ini disebabkan jamur dan bagian yang diserang adalah daun terutama pada tanaman
berumur 40 hari. Daun berubah warna menjadi kuning keputih-putihan dan bagian
bawahnya muncul semacam serbuk berwarna putih berbentuk seperti tepung.
Serangan ini akan meningkat pada suhu udara tinggi. Pencegahan penyakit
inidilakukan dengan merendah benih dengan RI 1 sebelum tanam dan pengendalian
dilakukan dengan cara membakar tanaman yang diserang
· Busuk
Kelobot :
Penyakit
busuk kelobot, daun jagung disebabkan oleh jamur dengan gejala munculnya
bintik-bintik bulat warna hitam kebiruan dikelobot. Buah membusuk, akhirnya
mati. Pencegahan dengan menjauhkan dari pohon pisang atau merendam bibir dengan
RI 1
· Busuk
Batang:
Ada 3 jenis jamur
penyebab busuk tongkol, yaitu busuk tongkol fusarium, busuk tongkol diplodia
dan busuk tongkol gibbrellia.
Penyebabnya
:
Busuk tongkol fusarium disebabkan oleh Fusarium
moniflorme
Busuk tongkol diplodia disebabkan diplodia maydis
· Karat
Daun ( Puccinia polysaara)
Pengendalian
pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan karat
Pemusnahan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi
Penggunaan fungisida berbahan aktif benomil
· Bercak
daun ( Bipolaris maydis syn)
Pengendalian
pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan bercak daun
Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya
Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan
karbedazim
· Virus
Mosaik
Pengendalian
pada budidaya sistem TOT adalah :
Mencabut
tanaman jagung yang terinfeksi seawall mungkin agar tidak menjadi sumber
infeksi bagi tanaman sekitarnya.
Melakukan
pergiliran tanaman ( jangan melakukan budidaya jagung sepanjang musim)
Tidak
menggunakan benih jagung yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus
L. Panen Tepat Waktu
dan Pengeringan
Sebelum
dipanen daun jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya sehingga tersisa di
pohon adalah buah jagung yang terkupas.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan jagung. Setelah
beberapa hari dipohon dan bijinya tampak mengering, barulah dilakukan pemetikan
dengan mengambil waktu pada siang hari ketika cuaca terik, agar kadar air dalam
biji tidak bertambah. Panenan dapat dilakukan dengan memetik buah saja agar
lebih mudah diangkat kerumah atau gudang
Umur panen jagung
tergantung dari varietasnya.Jagung yang siap dipanen biasanya ditandai dengan
daun dan batang tanaman mulai mengering dan
berwarna kecoklatan dan biji telah mengeras. Selain itu, juga dapat diketahui
dari adanya lapisan hitam pada pangkal biji jagung (black layer). Apabila pada
pangkal biji sudah ditumbuhi lebih dari 50% lapisan hitam, maka tanaman sudah
masak fisiologis. Petani di sejumlah daerah memanen jagung setelah umur panen
tercapai (daun dan batang jagung telah berwarnacoklat).
Pemanenan jagung bergantung pada lokasi, jenis lahan, dan
ketersediaan teknologi. Panen tongkol umum dilakukan petani pada lahan tadah
hujan atau lahan kering. Perbedaannya, pada lahan kering, petani langsung
memanen jagung bersama tongkolnya dengan kelobot relatif basah karena dipanen
pada musim hujan. Kadar air biji pada kondisi tersebut berkisarantara 30-35%
dan adakalanya mencapai 40%. Pemanenan tongkol padalahan sawah tadah hujan,
kadar air biji sudah agak rendah, yaitu 25-30%. Tongkol kemudian diangkut ke
tempat pengumpulan untuk diangin-anginkan beberapa saat, lalu dikupas, dan
dikeringkan. Tongkol jagung dalam keadaan basah disarankan
jangan menyimpan dalam karung karena dapat menimbulkan tumbuhnya jamur. Panen terlalu awal menyebabkan kadar air masih tinggi dan
dapat berakibat biji keriput, warna kusam dan bobot biji lebih ringan. Dan
apabila terlalu lambat terutama saat masih hujan dapat menimbulkan tumbuhnya
jamur, atau biji berkecambah.
Pemipilan dilakukan setelah tongkol kering yaitu kadar
air sekitar 20 % dengan alat pemipil atau manual, kemudian dikeringkan lagi
sampai kadar air biji mencapai sekitar 14 %. Dan tidak dianjurkan menyimpan
biji jagung dalam kondisi kadar air > 14 % dalam karung untuk waktu lebih 1
bulan.
PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA
JAGUNG
DENGAN
PENGELOLAAN TERPADU
Jagung merupakan
salah satu tanaman pangan yang dapat diandalkan dan dikembangkan untuk menjadi
Komoditas unggulan pertanian karena permintaan jagung sangat banyak yaitu untuk
keperluan pangan sebagai pengganti beras, untuk pakan ternak dan untuk
keperluan industri lainnya. Jagung (Zea maize) juga adalah komoditas pangan kedua setelah padi,
mempunyai wilayah adaptasi yang cukup luas mulai lahan
subur hingga lahan marginal. Dapat dikembangkan mulai agroekosistem lahan
kering, lahan sawah tadah hujan hingga lahan sawah irigasi. Secara nasional
pengembangan jagung pada lahan kering menempati urutan terluas. Namun
akhir-akhir ini pengembangan jagung pada lahan sawah tadah hujan mendekati
luasan pengembangan jagung pada lahan kering.
Produktivitas jagung secara nasional baru mencapai 4,2 t/ha sementara potensi hasil jagung yang ditanam
petani bisa mencapai 7-12 t/ha. Tingginya selisih antara potensi hasil varietas
dengan rataan hasil yang dicapai petani disebabkan penerapan teknologi masih
fluktuatif. Penerapan sistem tanam TOT pada lahan sawah tadah hujan selain
dapat mempercepat waktu tanam juga biaya produksinya rendah serta produksi
pipilan kering yang dicapai sama bahkan lebih bagus dari sistem tanam olah
tanah sempurna (OTS). Pengembangan jagung dapat dilakukan dengan menerapkan
sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dan sistem tanam olah tanah sempurna (OTS)
tergantung kondisi lahan. Sistem tanam TOT pada agroekosistem lahan sawah tadah
hujan dapat meningkatkan produksi jagung melalui peningkatan indeks pertanaman
(IP) jagung.
Budidaya jagung
dengan pengelolaan terpadu bukan merupakan paket teknologi melainkan merupakan
sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi jagung dalam upaya
peningkatan efisiensi usaha tani jagung dengan menggabungkan berbagai komponen
teknologi yang saling menunjang serta memperhatikan penggunaan sumber daya alam
secara bijaksana agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan
dan produktivitas tanaman.
Budidaya jagung
dengan pengelolaan Terpadu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok
dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan
melalui perakitan teknologi secara partisifasif dengan petani. Dengan
meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat dan
kesejahteraan petani dapat meningkat.
Salah satu upaya
maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan budidaya
jagung dengan Pengelolaan Terpadu didasarkan pada empat prinsip, yaitu :
· Terpadu ; merupakan suatu pendekatan
agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya
secara terpadu.
· Sinergis ; memanfaatkan teknologi
pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur
keterkaitan sinergis antar teknologi.
· Spesifik lokasi ; memperhatikan
kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi
pertanian setempat.
· Partisipatif ; petani turut berperan
serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kemampuan petani
dan kondisi setempat melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium
lapangan.
Dalam penerapan
budidaya tanaman jagung dengan Pengelolaan terpadu tidak lagi dikenal
rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap
dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan
petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi
biaya produksi dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.
Komponen
Teknologi Budidaya
Komponen
teknologi budidaya jagung dengan pengelolaan
terpadu dirakit berdasarkan kajian kebutuhan dan peluang yang akan mempelajari permasalahan yang
dihadapi petani dan cara-cara mengatasi permasalahan tersebut dalam upaya
meningkatkan produksi sehingga komponen teknologi yang dipilih akan sesuai
dengan kebutuhan setempat. Budidaya jagung dengan sistem terpadu menyediakan beberapa pilihan komponen
teknologi yang dikelompokkan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan. Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi
pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan
produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif.
Komponen
teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan
semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang
efisien sebagaimana menjadi tujuan dari Budidaya terpadu. Komponen teknologi
dasar budidaya Jagung meliputi :
1. Varietas Unggul (Hibrida atau Komposit)
2. Benih Bermutu (kemurnian/bersertifikat, daya
kecambah >95%, seed treatment, kebutuhan benih 18-20 kg/ha)
3. Populasi Tanaman 66.000 – 70.000 tan/ha (Penanaman
dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm atau 75 cm x 20 cm)
4. Pemupukan berimbang (
specific lokasi)
Teknologi tersebut mudah
diterapkan dan berpengaruh besar terhadap kenaikan hasil dan pendapatan petani.
Komponen
teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus
diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal
dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Pada wilayah
tertentu, komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar.
Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat
diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani
sendiri. Komponen teknologi pilihan
meliputi :
1. Penyiapan Lahan
2. Pupuk Organik
3. Pembuatan
saluran drainase pada lahan kering
4. Pembuatan
saluran irigasi pada lahan sawah
5. Pengendalian
gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak
6. Pembumbunan
7. Pengendalian
OPT (Organisma Pengganggu Tanaman)
8. Panen
tepat waktu dan Pengeringan
Teknis
Budidaya
Secara tehnis, upaya peningkatan produksi dan
produktivitas jagung dapat ditempuh dengan menerapkan teknologi dengan
pengelolaan terpadu . Dalam pengembangannya pengelolaan tanaman terpadu pada
komoditi jagung lebih dititik beratkan pada penggunaan pemupukan berimbang spesifik
lokasi yang tujuan utamanya adalah meningkatkan produksi serta menjaga
kelestarian lingkungan. Pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan
budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik, pada
dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman,
mengingat hara dari dalam tanah umumnya tidak tercukupi. Efisiensi pemupukan mutlak
diperlukan dalam budidaya jagung karena menentukan produktivitas tanaman dan
pendapatan yang akan diperoleh.
Perpaduan komponen teknologi dasar dan
komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar
terhadap permasalahan produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan
yang partisipatif. Teknis budidaya tanaman jagung dengan pengelolaan terpadu
adalah dengan menggabungkan kompoknen dasar dan komponen pilihan seperti
berikut :
A. Varietas Unggul (Hibrida dan komposit)
Varietas unggul adalah varietas yang berdaya hasil
tinggi, toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik atau memiliki sifat khusus.
Penggunaan varietas unggul akan memberikan hasil yang lebih tinggi dan
pemilihan varietas berdasarkan kesesuaian lokasi, ketahanan terhadap OPT, dan
keinginan petani.
Dalam budidaya jagung dengan
pengelolaan terpadu , pemilihan varietas merupakan salah satu komponen utama
yang mampu meningkatkan produktivitas jagung. Varietas jagung yang akan ditanam
dipilih varietas unggul baru (VUB) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, tahan serangan penyakit, berdaya
hasil dan bernilai jual tinggi serta memiliki kualitas rasa yang dapat diterima
pasar.
Contoh beberapa jenis jagung varietas
unggul Hibrida adalah : BISSI– 1, BISSI-2, BISSI –5, BISSI –7, Bima-1, Bima-2,
Bima –3, Bima-4, Bima-5, Pioner,
B. Benih bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan
tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (> 95 % ) dan berlabel. Benih
bermutu akan tumbuh serentak dan tumbuh lebih cepat karena telah dilakukan
perlakuan benih menggunakan metalaksil, berbunga serentak. Benih bermutu juga
menghasilkan tanaman yang sehat, tahan rebah, seragam , tongkol berisi dan
berpotensi hasil tinggi dan menghemat penggunaan benih. Kebutuhan benih sekitar
18—20 Kg/Ha.
C. Populasi Tanaman
Teknik
penanaman yang umum dilakukan pada tanaman jagung adalah dengan memasukkan
benih pada lubang yang sudah ditugal. Kedalaman lubang tanam sekitar 5 cm.
Benih yang mempunyai daya tumbuh > 95 % dengan jarak tanam 70—75 cm x 20 cm
( 1 tanaman perlubang) atau 70 –75 cm x 40 cm (2 tanaman perlubang ) akan
memberikan populasi 66.000—70.000 tanaman/ ha. Populasi
tanaman ditentukan oleh jarak tanam dan mutu benih yang digunakan. Faktor yang
menetukan jarak tanam jagung antara lain adalah : tingkat kesuburan tanah,
tingkat pertumbuhan tanaman, varietas tanaman dan tujuan produksi. Tanah yang
subur disarankan memilih jarak tanam yang agak lebar demikian sebaliknya tanah
yang kurang subur jarak tanam disarankan lebih sempit. Jagung juga dapat ditanam dengan cara tanam
legowo dengan jarak tanam 100– 50 cm x 20 cm dan benih yang dimasukkan cukup 1
butir.
100 cm 50 cm
X
X X X X X X
X
X
X X X X X X
X 20 cm
X X X X X X X
X
D. Pemupukan
berimbang
Pemberian pupuk
hendaknya berdasarkan keseimbangan antara hara yang dibutuhkan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Oleh sebab itu pemberian pupuk berbeda antar
lokasi dan jenis jagung yang ditanam seperti hibrida atau komposit. Pemberian
sesuai specific lokasi akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil yang
dicapai. Dosis dan waktu aplikasi pupuk N berdasarkan pada kebutuhan tanaman,
dapat diberikan 2 kali : 7—10 hst dan 30—35 hst. Dan BWD (bagan warna daun)
hanya digunakan pada saat 40—45 hst untuk mendeteksi tingkat kecukupan N bagi
tanaman.
Tanaman jagung yang
kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala : daun berwarna kuning pada ujung
daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. gejala ini
nampak pada daun bagian bawah. Gejala yang nampak pada jagung kekurangan unsur
Sulfur (S) adalah pangkal daun berwarna kuning yaitu pada daun yang terletak dekat pucuk. Gejala
tanaman jagung kekurangan unsur Phosfor (P) adalah pinggir daun berwarna ungu
kemerahan mulai dari ujung sampai kepangkal daun yaitu daun bagian bawah. Tanaman
jagung kekurangan unsur Kalium (K) adalah daun berwarna kuning, bagian pinggir
berwarna coklat seperti terbakar, tetapi tulang daun tetap hijau. Gejala kuning
membentuk huruf V terbalik khususnya pada daun bagian bawah.
Perhitungan
penyetaran takaran pupuk tunggal ke pupuk majemuk adalah sebagai berikut :
(contoh)
Jika 1 ha jagung akan
dipupuk dengan pupuk tunggal dengan takaran 300 kg Urea, 150 Kg SP 36 dan 75 Kg
KCl namun tidak tersedia, maka pupuk majemuk yang harus diberikan agar setara
dengan pupuk tunggal sebagai berikut :
Pupuk Urea
:
100 Kg urea mengandung 45 % N = 45 kg N, 300 kg urea = 135 Kg N. 100 Kg SP
36 mengandung 36 % P = 36 Kg P, 150 SP 36 = 54 Kg P dan 100 Kg Kcl mengandung
60 % K = 60 kg K, 75 Kg Kcl = 45 Kg K.
Pupuk Majemuk :
100 Kg mengandung 15
% N, 15 % P dan 15 % K = 15 Kg N, 15 Kg P dan 15 Kg K.
75 Kg KCl = 45 Kg K =
300 Kg pupuk majemuk.
300 Kg pupuk majemuk dapat memenuhi kebutuhan 45
kg N sehingga kurang 90 Kg = 200 Kg
Urea.
300 Kg pupuk manyemuk dapat memenuhi kebutuhan 45
Kg P, sehingga kuran 9 Kg P = 50 Kg pupuk tunggal SP 18.
Kesimpulan :
300 Kg Urea + 150 SP36 + 75 Kg KCl setara dengan
300 Kg pupuk majemuk + 50 Kg SP 18 dan 200 Kg Urea.
E. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk
budidaya tanaman jagung dimulai dengan pengolahan tanah. Pengolahan tanah
ditujukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang kondusif sebagai media perakaran bagi pertumbuhan
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman secara optimal.
Beberapa jenis
penyiapan lahan yaitu penyiapan lahan kering dengan menggunakan OTS (olah tanah
sempurna) dan penyiapan lahan untuk lahan sawah dengan TOT ( Tanpa olah tanah).
Pengolahan tanah dengan OTS juga disebut dengan pengolahan tanah konvensional
sebaiknya dilakukan setelah hujan mulai turun dengan mempertimbangkan kondisi
lengas tanah. TOT adalah cara penanaman
yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali membuat lubang kecil untuk
meletakkan benih. Jenis penyiapan lahan lainnya adalah pengolahan tanah
konservasi. Strategi penyiapan lahan yang
banyak diterapkan adalah Olah Tanah Konservasi yaitu tindakan
pengurangan pengolahan tanah diserta dengan penggunaan mulsa. Atau penyiapan
lahan dengan menyisakan tanah sebagai mulsa dengan tujuan mengurangi erosi dan
penguapan air dari permukaan tanah. OTM (olah Tanah Minimal) adalah jenis
penyiapan lahan konservasi yaitu cara penanaman yang dilakukan dengan
mengurangi frekwensi pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sekali
setahun atau sekali dalam 2 tahun tergantung tingkat kepadatan tanahnya dan
sisa tanaman yang disebarkan sebagai mulsa setelah pengolahan tanah.
F. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah
pupuk yang terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, koteoran
ternak, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami
dekomposisi. Pupuk organik dapat diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam
benih dengan dosis 2—3 ton/ha. Untuk menghitung seberapa banyak pupuk organik
yang akan di berikan perlu mengetahui lebih dahulu kisaran kandungan biomassa
dari bahan alami yang akan diaplikasikan . Misalnya biomassa Kirinyu (Ai Sukar
/bhs Tetun) mengandung N = 2,65 %, P = 0,53 % dan K = 1, %, ini berarti apabila
pupuk organik berasal dari kirinyu / ai sukar sebanyak 2.4 ton sumbangan unsur
N nya sebanyak 63.6 Kg setara dengan urea 141 Kg , unsur P 12.72 Kg setara
dengan SP 36 35 Kg, dan sumbangan unsur
K sebanyak 45.6 Kg setara dengan 76 kg KCL. Pemberian pupuk organik dan
anorganik dalam bentuk dan jumlah yang sesuai, sangat penting untuk
keberlanjutan pemanfaatan lahan secara intensif.
G. Pembuatan saluran
Drainase pada lahan Kering
Salah satu upaya
peningkatan produktivitas jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk
pertumbuhannya. Peran air bagi tanaman adalah sebagai penyedia unsur hara, zat
pelarut dan unsur yang dibutuhkan dalam proses sintesis. Tanaman jagung adalah
tanaman yang memerlukan air, namun peka terhadap kelebihan air. Air yang
berlebihan pada lahan pertanaman jagung akan mengakibatkan pertumbuhan jagung
sangat tidak baik oleh sebab itu pembuatan saluran drainase untuk pertanaman
jagung di lahan kering datar mutlak dilakukan pada musim hujan. Saluran
drainase dibuat saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul.
H. Pembuatan Saluran
Drainase pada Lahan Sawah.
Saluran irigasi perlu
dilakukan untuk memudahkan pengaturan air. Pembuatan saluran irigasi per 2
baris tanaman lebih efisien dibanding perbaris. Pembuatan saluran irigasi dapat
dilakukan saat penyiangan pertama.
I.Pengendalian Gulma secara Mekanis atau dengan Herbisida Kontak.
Gulma adalah himpunan
tanaman yang hidupnya atau pertumbuhannya tidak dikendalikan oleh manusia,
karena mengganggu dan bisa merugikan hasil pertanian yang dibudidayakan. Gulma
mengganggu dan merugikan tanaman budidaya melalui berbagai cara antaralain :
1. Persaingan
perakaran dan pengambilan unsur hara.
2. Persaingan tajuk
dan menerimaan sinar.
3. Dapat merupakan
tanaman inang bagi organisme pengganggu tanaman.
4. Merugikan
efisiensi proses penanaman dan pengolahan hasil.
5. Merugikan
efisiensi sistim irigasi karena dapat menyumbat saluran dan menambah evapo tranpirasi oleh gulma.
6. Kenaikan biaya
produksi karena penambahan tenaga dan waktu pengerjaan
tanah, penyiangan dan pembersihan saluran irigasi.
Penyiangan gulma
untuk pertama kali dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul jika ada gulma
setelah tanaman tumbuh. Penyiangan kedua dapat dilakukan dengan cangkul atau
herbisida paraquat dengan takaran 1-2 liter per ha dan dilakukan saat tanaman
berumur 30—35 hari setelah tanam. Penyiangan secara mekanis dengan cangkul atau
mesin pembuat alur bermanfaat untuk meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan
merangsangsang pertumbuhan akar lebih baik, hemat tenaga kerja serta ramah
lingkungan.
J. Pembumbunan
Pembumbunan adalah
menaikkan tanah disekitar batang tanaman jagung dengan tujuan untuk memberikan
lingkungan akar yang lebih baik, memperkokoh tanaman sehingga tidak mudah
rebah. Pembumbunan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu pada
saat bersamaan dengan penyiangan pertama
dan pembuatan saluran atau setelah pemupukan kedua (35 HST), bersamaan saat
penyiangan kedua secara mekanis.
K. Pengendalian OPT
(Organisma Penggang Tanaman)
Salah satu faktor
penyebab penurunan produktifitas tanaman jagung adalah munculnya hama dan
penyakit pada tanaman. Oleh sebab itu pengendalian OPT selalu dipantau atau
dilakukan pengendalian sesegera mungkin. Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT
haruslah berdasarkan pendekatan pengendalian terpadu yaitu : Identifikasi jenis
dan perhitungan kepadatan populasi hama. Hal ini dilakukan oleh petani dan atau
pengamat OPT melalui kegiatan survey dan monitoring hama– penyakit tanaman. Dan
Menentukan tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara ekonomi
yaitu besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan. Tingkat ambang
tindakan ini digunakan sebagai dasar penentuan teknik pengendalian hama dan
penyakit.
Cara dan teknik
pengendalian adalah :
· Mengusahakan benih yang sehat
· Pengendalian Hayati
· Penggunaan varietas tahan
hama/penyakit atau pergiliran tanaman
· Secara fisik dan mekanis
· Dengan pemakaian hormon
· Pestisida
Hama
utama jagung adalah lalat bibit, penggerak batang dan penggerak tongkol.
Penyakit utama jagung adalah Bulai dan bercak daun. Pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman jagung dilakukan dengan penyemprotan dan pemusnahan
tanaman yang terinfeksi . Semuanya tergantung jenis hama dan penyakit yang
menyerang
Lalat
Bibit (Artherigona sp)
Pengendalian
untuk budidaya TOT
· Hayati
· Kultur teknis
· Varietas resisten
· Kimiawi
Penggerek
tongkol (Heliotis armigare, Helicoverta armigare)
Pengendalian
dengan penyemprotan setelah terbentuk rambut jagung
Hama Jagung antara lain :
1. Ulat Tanah (Agrotis
sp)
Pengendalian Kimiawi
dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif klorpirifos, sipermetrin
· Pengelolalaan tanaman jagung
· Penggunaan varietas jagung
resisten/tahan
· Kebersihan dan pengelolaan gudang
tempat penyimpanan jagung
· Persiapan biji jagung yang disimpan
· Pengendalian Hayati dengan penggunaan
agensia pathogen
· Fumigasi
Penyakit
jagung : Hawar Daun, Busuk pelepah, Penyakit Bulai, Busuk tongkol, Busuk
batang, Karat Daun, bercak Daun, Virus Mosaik)
· Hawar/
Blight
Penyakit
hawar disebabkan oleh bakteri yang biasa menyerang daun bagian bawah tanaman
muda yang akan berbunga, dengan gejla awalnya munculnya bercak-bercak pada daun
berbentuk V. akibatnya pertumbuhan terhambat dan produktivitasnya menurun, daun
mengering lalu mati. Pencegahan dapat dilakukan dengan penggunaan benih yang
tahan penyakit hawar daun dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara
memusnakan tanaman yang terserang.
· Bulay/Downy
Midlew
Penyakit
ini disebabkan jamur dan bagian yang diserang adalah daun terutama pada tanaman
berumur 40 hari. Daun berubah warna menjadi kuning keputih-putihan dan bagian
bawahnya muncul semacam serbuk berwarna putih berbentuk seperti tepung.
Serangan ini akan meningkat pada suhu udara tinggi. Pencegahan penyakit
inidilakukan dengan merendah benih dengan RI 1 sebelum tanam dan pengendalian
dilakukan dengan cara membakar tanaman yang diserang
· Busuk
Kelobot :
Penyakit
busuk kelobot, daun jagung disebabkan oleh jamur dengan gejala munculnya
bintik-bintik bulat warna hitam kebiruan dikelobot. Buah membusuk, akhirnya
mati. Pencegahan dengan menjauhkan dari pohon pisang atau merendam bibir dengan
RI 1
· Busuk
Batang:
Ada 3 jenis jamur
penyebab busuk tongkol, yaitu busuk tongkol fusarium, busuk tongkol diplodia
dan busuk tongkol gibbrellia.
Penyebabnya
:
Busuk tongkol fusarium disebabkan oleh Fusarium
moniflorme
Busuk tongkol diplodia disebabkan diplodia maydis
· Karat
Daun ( Puccinia polysaara)
Pengendalian
pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan karat
Pemusnahan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi
Penggunaan fungisida berbahan aktif benomil
· Bercak
daun ( Bipolaris maydis syn)
Pengendalian
pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan bercak daun
Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya
Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan
karbedazim
· Virus
Mosaik
Pengendalian
pada budidaya sistem TOT adalah :
Mencabut
tanaman jagung yang terinfeksi seawall mungkin agar tidak menjadi sumber
infeksi bagi tanaman sekitarnya.
Melakukan
pergiliran tanaman ( jangan melakukan budidaya jagung sepanjang musim)
Tidak
menggunakan benih jagung yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus
L. Panen Tepat Waktu
dan Pengeringan
Sebelum
dipanen daun jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya sehingga tersisa di
pohon adalah buah jagung yang terkupas.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan jagung. Setelah
beberapa hari dipohon dan bijinya tampak mengering, barulah dilakukan pemetikan
dengan mengambil waktu pada siang hari ketika cuaca terik, agar kadar air dalam
biji tidak bertambah. Panenan dapat dilakukan dengan memetik buah saja agar
lebih mudah diangkat kerumah atau gudang
Umur panen jagung
tergantung dari varietasnya.Jagung yang siap dipanen biasanya ditandai dengan
daun dan batang tanaman mulai mengering dan
berwarna kecoklatan dan biji telah mengeras. Selain itu, juga dapat diketahui
dari adanya lapisan hitam pada pangkal biji jagung (black layer). Apabila pada
pangkal biji sudah ditumbuhi lebih dari 50% lapisan hitam, maka tanaman sudah
masak fisiologis. Petani di sejumlah daerah memanen jagung setelah umur panen
tercapai (daun dan batang jagung telah berwarnacoklat).
Pemanenan jagung bergantung pada lokasi, jenis lahan, dan
ketersediaan teknologi. Panen tongkol umum dilakukan petani pada lahan tadah
hujan atau lahan kering. Perbedaannya, pada lahan kering, petani langsung
memanen jagung bersama tongkolnya dengan kelobot relatif basah karena dipanen
pada musim hujan. Kadar air biji pada kondisi tersebut berkisarantara 30-35%
dan adakalanya mencapai 40%. Pemanenan tongkol padalahan sawah tadah hujan,
kadar air biji sudah agak rendah, yaitu 25-30%. Tongkol kemudian diangkut ke
tempat pengumpulan untuk diangin-anginkan beberapa saat, lalu dikupas, dan
dikeringkan. Tongkol jagung dalam keadaan basah disarankan
jangan menyimpan dalam karung karena dapat menimbulkan tumbuhnya jamur. Panen terlalu awal menyebabkan kadar air masih tinggi dan
dapat berakibat biji keriput, warna kusam dan bobot biji lebih ringan. Dan
apabila terlalu lambat terutama saat masih hujan dapat menimbulkan tumbuhnya
jamur, atau biji berkecambah.
Pemipilan dilakukan setelah tongkol kering yaitu kadar
air sekitar 20 % dengan alat pemipil atau manual, kemudian dikeringkan lagi
sampai kadar air biji mencapai sekitar 14 %. Dan tidak dianjurkan menyimpan
biji jagung dalam kondisi kadar air > 14 % dalam karung untuk waktu lebih 1
bulan.