Minggu, 29 Mei 2016

Materi Penyuluhan




PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG
DENGAN PENGELOLAAN TERPADU

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat diandalkan dan dikembangkan untuk menjadi Komoditas unggulan pertanian karena permintaan jagung sangat banyak yaitu untuk keperluan pangan sebagai pengganti beras, untuk pakan ternak dan untuk keperluan industri lainnya. Jagung (Zea maize) juga adalah komoditas pangan kedua setelah padi, mempunyai wilayah adaptasi yang cukup luas mulai lahan subur hingga lahan marginal. Dapat dikembangkan mulai agroekosistem lahan kering, lahan sawah tadah hujan hingga lahan sawah irigasi. Secara nasional pengembangan jagung pada lahan kering menempati urutan terluas. Namun akhir-akhir ini pengembangan jagung pada lahan sawah tadah hujan mendekati luasan pengembangan jagung pada lahan kering.
Produktivitas jagung secara nasional baru mencapai 4,2 t/ha sementara potensi hasil jagung yang ditanam petani bisa mencapai 7-12 t/ha. Tingginya selisih antara potensi hasil varietas dengan rataan hasil yang dicapai petani disebabkan penerapan teknologi masih fluktuatif. Penerapan sistem tanam TOT pada lahan sawah tadah hujan selain dapat mempercepat waktu tanam juga biaya produksinya rendah serta produksi pipilan kering yang dicapai sama bahkan lebih bagus dari sistem tanam olah tanah sempurna (OTS). Pengembangan jagung dapat dilakukan dengan menerapkan sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dan sistem tanam olah tanah sempurna (OTS) tergantung kondisi lahan. Sistem tanam TOT pada agroekosistem lahan sawah tadah hujan dapat meningkatkan produksi jagung melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung.
Budidaya jagung dengan pengelolaan terpadu bukan merupakan paket teknologi melainkan merupakan sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi jagung dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani jagung dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang serta memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Budidaya jagung dengan pengelolaan  Terpadu  bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan melalui perakitan teknologi secara partisifasif dengan petani. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat dan kesejahteraan petani dapat meningkat.
Salah satu upaya maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan budidaya jagung dengan Pengelolaan Terpadu didasarkan pada empat prinsip, yaitu :
· Terpadu ; merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
· Sinergis ; memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi.
· Spesifik lokasi ; memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi pertanian setempat.
· Partisipatif ; petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kemampuan petani dan kondisi setempat melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
Dalam penerapan budidaya tanaman jagung dengan Pengelolaan terpadu tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi biaya produksi dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.
Komponen Teknologi Budidaya
Komponen teknologi budidaya jagung dengan pengelolaan  terpadu dirakit berdasarkan kajian kebutuhan dan peluang  yang akan mempelajari permasalahan yang dihadapi petani dan cara-cara mengatasi permasalahan tersebut dalam upaya meningkatkan produksi sehingga komponen teknologi yang dipilih akan sesuai dengan kebutuhan setempat. Budidaya jagung dengan sistem terpadu  menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi yang dikelompokkan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif.
Komponen teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang efisien sebagaimana menjadi tujuan dari Budidaya terpadu. Komponen teknologi dasar budidaya Jagung  meliputi :
1. Varietas Unggul (Hibrida atau Komposit)
2. Benih Bermutu (kemurnian/bersertifikat, daya kecambah >95%, seed treatment, kebutuhan benih 18-20 kg/ha)
3. Populasi Tanaman 66.000 – 70.000 tan/ha (Penanaman dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm atau 75 cm x 20 cm)
4. Pemupukan berimbang ( specific lokasi)

Teknologi tersebut mudah diterapkan dan berpengaruh besar terhadap kenaikan hasil dan pendapatan petani. Komponen teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Pada wilayah tertentu, komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar. Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani sendiri. Komponen teknologi pilihan  meliputi :
1. Penyiapan Lahan
2.  Pupuk Organik
3. Pembuatan saluran drainase pada lahan kering
4. Pembuatan saluran irigasi pada lahan sawah
5. Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak
6. Pembumbunan
7. Pengendalian OPT (Organisma Pengganggu Tanaman)
8. Panen tepat waktu dan Pengeringan
 Teknis Budidaya
Secara tehnis, upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung dapat ditempuh dengan menerapkan teknologi dengan pengelolaan terpadu . Dalam pengembangannya pengelolaan tanaman terpadu pada komoditi jagung lebih dititik beratkan pada penggunaan pemupukan berimbang spesifik lokasi yang tujuan utamanya adalah meningkatkan produksi serta menjaga kelestarian lingkungan. Pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman, mengingat hara dari dalam tanah umumnya tidak tercukupi. Efisiensi pemupukan mutlak diperlukan dalam budidaya jagung karena menentukan produktivitas tanaman dan pendapatan yang akan diperoleh.
Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif. Teknis budidaya tanaman jagung dengan pengelolaan terpadu adalah dengan menggabungkan kompoknen dasar dan komponen pilihan seperti berikut :
A. Varietas Unggul (Hibrida dan komposit)
Varietas unggul adalah varietas yang berdaya hasil tinggi, toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik atau memiliki sifat khusus. Penggunaan varietas unggul akan memberikan hasil yang lebih tinggi dan pemilihan varietas berdasarkan kesesuaian lokasi, ketahanan terhadap OPT, dan keinginan petani.
Dalam budidaya jagung dengan pengelolaan terpadu , pemilihan varietas merupakan salah satu komponen utama yang mampu meningkatkan produktivitas jagung. Varietas jagung yang akan ditanam dipilih varietas unggul baru (VUB) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, tahan serangan penyakit, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi serta memiliki kualitas rasa yang dapat diterima pasar.
Contoh beberapa jenis jagung varietas unggul Hibrida adalah : BISSI– 1, BISSI-2, BISSI –5, BISSI –7, Bima-1, Bima-2, Bima –3, Bima-4, Bima-5, Pioner,
B. Benih bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (> 95 % ) dan berlabel. Benih bermutu akan tumbuh serentak dan tumbuh lebih cepat karena telah dilakukan perlakuan benih menggunakan metalaksil, berbunga serentak. Benih bermutu juga menghasilkan tanaman yang sehat, tahan rebah, seragam , tongkol berisi dan berpotensi hasil tinggi dan menghemat penggunaan benih. Kebutuhan benih sekitar 18—20 Kg/Ha.

C. Populasi Tanaman
Teknik penanaman yang umum dilakukan pada tanaman jagung adalah dengan memasukkan benih pada lubang yang sudah ditugal. Kedalaman lubang tanam sekitar 5 cm. Benih yang mempunyai daya tumbuh > 95 % dengan jarak tanam 70—75 cm x 20 cm ( 1 tanaman perlubang) atau 70 –75 cm x 40 cm (2 tanaman perlubang ) akan memberikan populasi 66.000—70.000 tanaman/ ha. Populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam dan mutu benih yang digunakan. Faktor yang menetukan jarak tanam jagung antara lain adalah : tingkat kesuburan tanah, tingkat pertumbuhan tanaman, varietas tanaman dan tujuan produksi. Tanah yang subur disarankan memilih jarak tanam yang agak lebar demikian sebaliknya tanah yang kurang subur jarak tanam disarankan lebih sempit.  Jagung juga dapat ditanam dengan cara tanam legowo dengan jarak tanam 100– 50 cm x 20 cm dan benih yang dimasukkan cukup 1 butir.
            100 cm                             50 cm
        X       X               X       X          X       X           X     X           
        X        X              X       X          X       X           X     X    20 cm          
X        X               X       X          X       X           X    X             

D. Pemupukan berimbang
Pemberian pupuk hendaknya berdasarkan keseimbangan antara hara yang dibutuhkan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Oleh sebab itu pemberian pupuk berbeda antar lokasi dan jenis jagung yang ditanam seperti hibrida atau komposit. Pemberian sesuai specific lokasi akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil yang dicapai. Dosis dan waktu aplikasi pupuk N berdasarkan pada kebutuhan tanaman, dapat diberikan 2 kali : 7—10 hst dan 30—35 hst. Dan BWD (bagan warna daun) hanya digunakan pada saat 40—45 hst untuk mendeteksi tingkat kecukupan N bagi tanaman.
Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala : daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Gejala yang nampak pada jagung kekurangan unsur Sulfur (S) adalah pangkal daun berwarna kuning yaitu  pada daun yang terletak dekat pucuk. Gejala tanaman jagung kekurangan unsur Phosfor (P) adalah pinggir daun berwarna ungu kemerahan mulai dari ujung sampai kepangkal daun yaitu daun bagian bawah. Tanaman jagung kekurangan unsur Kalium (K) adalah daun berwarna kuning, bagian pinggir berwarna coklat seperti terbakar, tetapi tulang daun tetap hijau. Gejala kuning membentuk huruf V terbalik khususnya pada daun bagian bawah.
Perhitungan penyetaran takaran pupuk tunggal ke pupuk majemuk adalah sebagai berikut : (contoh)
Jika 1 ha jagung akan dipupuk dengan pupuk tunggal dengan takaran 300 kg Urea, 150 Kg SP 36 dan 75 Kg KCl namun tidak tersedia, maka pupuk majemuk yang harus diberikan agar setara dengan pupuk tunggal sebagai berikut :
Pupuk Urea :
100 Kg urea mengandung 45 % N  = 45 kg N, 300 kg urea = 135 Kg N. 100 Kg SP 36 mengandung 36 % P = 36 Kg P, 150 SP 36 = 54 Kg P dan 100 Kg Kcl mengandung 60 % K = 60 kg K, 75 Kg Kcl = 45 Kg K.
Pupuk Majemuk :
100 Kg mengandung 15 % N, 15 % P dan 15 % K = 15 Kg N, 15 Kg P dan 15 Kg K.
75 Kg KCl = 45 Kg K = 300 Kg pupuk majemuk.
300 Kg pupuk majemuk dapat memenuhi kebutuhan 45 kg N sehingga kurang 90   Kg = 200 Kg Urea.
300 Kg pupuk manyemuk dapat memenuhi kebutuhan 45 Kg P, sehingga kuran 9 Kg P = 50 Kg pupuk tunggal SP 18.
Kesimpulan :
300 Kg Urea + 150 SP36 + 75 Kg KCl setara dengan 300 Kg pupuk majemuk + 50 Kg SP 18 dan 200 Kg Urea.

E. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman jagung dimulai dengan pengolahan tanah. Pengolahan tanah ditujukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang kondusif  sebagai media perakaran bagi pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman secara optimal.
Beberapa jenis penyiapan lahan yaitu penyiapan lahan kering dengan menggunakan OTS (olah tanah sempurna) dan penyiapan lahan untuk lahan sawah dengan TOT ( Tanpa olah tanah). Pengolahan tanah dengan OTS juga disebut dengan pengolahan tanah konvensional sebaiknya dilakukan setelah hujan mulai turun dengan mempertimbangkan kondisi lengas tanah.  TOT adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali membuat lubang kecil untuk meletakkan benih. Jenis penyiapan lahan lainnya adalah pengolahan tanah konservasi. Strategi penyiapan lahan yang  banyak diterapkan adalah Olah Tanah Konservasi yaitu tindakan pengurangan pengolahan tanah diserta dengan penggunaan mulsa. Atau penyiapan lahan dengan menyisakan tanah sebagai mulsa dengan tujuan mengurangi erosi dan penguapan air dari permukaan tanah. OTM (olah Tanah Minimal) adalah jenis penyiapan lahan konservasi yaitu cara penanaman yang dilakukan dengan mengurangi frekwensi pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sekali setahun atau sekali dalam 2 tahun tergantung tingkat kepadatan tanahnya dan sisa tanaman yang disebarkan sebagai mulsa setelah pengolahan tanah.

F. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, koteoran ternak, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi. Pupuk organik dapat diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam benih dengan dosis 2—3 ton/ha. Untuk menghitung seberapa banyak pupuk organik yang akan di berikan perlu mengetahui lebih dahulu kisaran kandungan biomassa dari bahan alami yang akan diaplikasikan . Misalnya biomassa Kirinyu (Ai Sukar /bhs Tetun) mengandung N = 2,65 %, P = 0,53 % dan K = 1, %, ini berarti apabila pupuk organik berasal dari kirinyu / ai sukar sebanyak 2.4 ton sumbangan unsur N nya sebanyak 63.6 Kg setara dengan urea 141 Kg , unsur P 12.72 Kg setara dengan SP 36  35 Kg, dan sumbangan unsur K sebanyak 45.6 Kg setara dengan 76 kg KCL. Pemberian pupuk organik dan anorganik dalam bentuk dan jumlah yang sesuai, sangat penting untuk keberlanjutan pemanfaatan lahan secara intensif.

G. Pembuatan saluran Drainase pada lahan Kering
Salah satu upaya peningkatan produktivitas jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Peran air bagi tanaman adalah sebagai penyedia unsur hara, zat pelarut dan unsur yang dibutuhkan dalam proses sintesis. Tanaman jagung adalah tanaman yang memerlukan air, namun peka terhadap kelebihan air. Air yang berlebihan pada lahan pertanaman jagung akan mengakibatkan pertumbuhan jagung sangat tidak baik oleh sebab itu pembuatan saluran drainase untuk pertanaman jagung di lahan kering datar mutlak dilakukan pada musim hujan. Saluran drainase dibuat saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul.

H. Pembuatan Saluran Drainase pada Lahan Sawah.
Saluran irigasi perlu dilakukan untuk memudahkan pengaturan air. Pembuatan saluran irigasi per 2 baris tanaman lebih efisien dibanding perbaris. Pembuatan saluran irigasi dapat dilakukan saat penyiangan pertama.

     I.Pengendalian Gulma secara Mekanis atau dengan Herbisida Kontak.
Gulma adalah himpunan tanaman yang hidupnya atau pertumbuhannya tidak dikendalikan oleh manusia, karena mengganggu dan bisa merugikan hasil pertanian yang dibudidayakan. Gulma mengganggu dan merugikan tanaman budidaya melalui berbagai cara antaralain :
1. Persaingan perakaran dan pengambilan unsur hara.
2. Persaingan tajuk dan menerimaan sinar.
3. Dapat merupakan tanaman inang bagi organisme pengganggu tanaman.
4. Merugikan efisiensi proses penanaman dan pengolahan hasil.
5. Merugikan efisiensi sistim irigasi karena dapat menyumbat saluran dan menambah evapo tranpirasi oleh gulma.
6. Kenaikan biaya produksi karena penambahan tenaga dan waktu      pengerjaan tanah, penyiangan dan pembersihan saluran irigasi.
Penyiangan gulma untuk pertama kali dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul jika ada gulma setelah tanaman tumbuh. Penyiangan kedua dapat dilakukan dengan cangkul atau herbisida paraquat dengan takaran 1-2 liter per ha dan dilakukan saat tanaman berumur 30—35 hari setelah tanam. Penyiangan secara mekanis dengan cangkul atau mesin pembuat alur bermanfaat untuk meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan merangsangsang pertumbuhan akar lebih baik, hemat tenaga kerja serta ramah lingkungan.
J. Pembumbunan
Pembumbunan adalah menaikkan tanah disekitar batang tanaman jagung dengan tujuan untuk memberikan lingkungan akar yang lebih baik, memperkokoh tanaman sehingga tidak mudah rebah. Pembumbunan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu pada saat  bersamaan dengan penyiangan pertama dan pembuatan saluran atau setelah pemupukan kedua (35 HST), bersamaan saat penyiangan kedua secara mekanis.
K. Pengendalian OPT (Organisma Penggang Tanaman)
Salah satu faktor penyebab penurunan produktifitas tanaman jagung adalah munculnya hama dan penyakit pada tanaman. Oleh sebab itu pengendalian OPT selalu dipantau atau dilakukan pengendalian sesegera mungkin. Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT haruslah berdasarkan pendekatan pengendalian terpadu yaitu : Identifikasi jenis dan perhitungan kepadatan populasi hama. Hal ini dilakukan oleh petani dan atau pengamat OPT melalui kegiatan survey dan monitoring hama– penyakit tanaman. Dan Menentukan tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara ekonomi yaitu besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan. Tingkat ambang tindakan ini digunakan sebagai dasar penentuan teknik pengendalian hama dan penyakit.
Cara dan teknik pengendalian adalah :
· Mengusahakan benih yang sehat
· Pengendalian Hayati
· Penggunaan varietas tahan hama/penyakit atau pergiliran tanaman
· Secara fisik dan mekanis
· Dengan pemakaian hormon
· Pestisida
Hama utama jagung adalah lalat bibit, penggerak batang dan penggerak tongkol. Penyakit utama jagung adalah Bulai dan bercak daun. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dilakukan dengan penyemprotan dan pemusnahan tanaman yang terinfeksi . Semuanya tergantung jenis hama dan penyakit yang menyerang
Lalat Bibit (Artherigona sp)
Pengendalian untuk budidaya TOT
· Hayati
· Kultur teknis
· Varietas resisten
· Kimiawi
Penggerek tongkol (Heliotis armigare, Helicoverta armigare)
Pengendalian dengan penyemprotan setelah terbentuk rambut jagung
Hama Jagung  antara lain :
1. Ulat Tanah (Agrotis sp)
Pengendalian Kimiawi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif klorpirifos, sipermetrin
· Pengelolalaan tanaman jagung
· Penggunaan varietas jagung resisten/tahan
· Kebersihan dan pengelolaan gudang tempat penyimpanan jagung
· Persiapan biji jagung yang disimpan
· Pengendalian Hayati dengan penggunaan agensia pathogen
· Fumigasi
Penyakit jagung : Hawar Daun, Busuk pelepah, Penyakit Bulai, Busuk tongkol, Busuk batang, Karat Daun, bercak Daun, Virus Mosaik)
· Hawar/ Blight
Penyakit hawar disebabkan oleh bakteri yang biasa menyerang daun bagian bawah tanaman muda yang akan berbunga, dengan gejla awalnya munculnya bercak-bercak pada daun berbentuk V. akibatnya pertumbuhan terhambat dan produktivitasnya menurun, daun mengering lalu mati. Pencegahan dapat dilakukan dengan penggunaan benih yang tahan penyakit hawar daun dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara memusnakan tanaman yang terserang.
· Bulay/Downy Midlew
Penyakit ini disebabkan jamur dan bagian yang diserang adalah daun terutama pada tanaman berumur 40 hari. Daun berubah warna menjadi kuning keputih-putihan dan bagian bawahnya muncul semacam serbuk berwarna putih berbentuk seperti tepung. Serangan ini akan meningkat pada suhu udara tinggi. Pencegahan penyakit inidilakukan dengan merendah benih dengan RI 1 sebelum tanam dan pengendalian dilakukan dengan cara membakar tanaman yang diserang
· Busuk Kelobot :
Penyakit busuk kelobot, daun jagung disebabkan oleh jamur dengan gejala munculnya bintik-bintik bulat warna hitam kebiruan dikelobot. Buah membusuk, akhirnya mati. Pencegahan dengan menjauhkan dari pohon pisang atau merendam bibir dengan RI 1
· Busuk Batang:
 Ada 3 jenis jamur penyebab busuk tongkol, yaitu busuk tongkol fusarium, busuk tongkol diplodia dan busuk tongkol gibbrellia.
Penyebabnya :
Busuk tongkol fusarium disebabkan oleh Fusarium moniflorme
Busuk tongkol diplodia disebabkan diplodia maydis
· Karat Daun ( Puccinia polysaara)
Pengendalian pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan karat
Pemusnahan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi
Penggunaan fungisida berbahan aktif benomil
· Bercak daun ( Bipolaris maydis syn)
Pengendalian pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan bercak daun
Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya
Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbedazim
· Virus Mosaik
Pengendalian pada budidaya sistem TOT adalah :
Mencabut tanaman jagung yang terinfeksi seawall mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya.
Melakukan pergiliran tanaman ( jangan melakukan budidaya jagung sepanjang musim)
Tidak menggunakan benih jagung yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus
L. Panen Tepat Waktu dan Pengeringan
Sebelum dipanen daun jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya sehingga tersisa di pohon adalah buah jagung  yang terkupas. Perlakuan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan jagung. Setelah beberapa hari dipohon dan bijinya tampak mengering, barulah dilakukan pemetikan dengan mengambil waktu pada siang hari ketika cuaca terik, agar kadar air dalam biji tidak bertambah. Panenan dapat dilakukan dengan memetik buah saja agar lebih mudah diangkat kerumah atau gudang
Umur panen jagung tergantung dari varietasnya.Jagung yang siap dipanen biasanya ditandai dengan daun dan batang tanaman mulai mengering dan berwarna kecoklatan dan biji telah mengeras. Selain itu, juga dapat diketahui dari adanya lapisan hitam pada pangkal biji jagung (black layer). Apabila pada pangkal biji sudah ditumbuhi lebih dari 50% lapisan hitam, maka tanaman sudah masak fisiologis. Petani di sejumlah daerah memanen jagung setelah umur panen tercapai (daun dan batang jagung telah berwarnacoklat).
Pemanenan jagung bergantung pada lokasi, jenis lahan, dan ketersediaan teknologi. Panen tongkol umum dilakukan petani pada lahan tadah hujan atau lahan kering. Perbedaannya, pada lahan kering, petani langsung memanen jagung bersama tongkolnya dengan kelobot relatif basah karena dipanen pada musim hujan. Kadar air biji pada kondisi tersebut berkisarantara 30-35% dan adakalanya mencapai 40%. Pemanenan tongkol padalahan sawah tadah hujan, kadar air biji sudah agak rendah, yaitu 25-30%. Tongkol kemudian diangkut ke tempat pengumpulan untuk diangin-anginkan beberapa saat, lalu dikupas, dan dikeringkan. Tongkol jagung dalam keadaan basah disarankan jangan menyimpan dalam karung karena dapat menimbulkan tumbuhnya jamur. Panen terlalu awal menyebabkan kadar air masih tinggi dan dapat berakibat biji keriput, warna kusam dan bobot biji lebih ringan. Dan apabila terlalu lambat terutama saat masih hujan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur, atau biji berkecambah.
Pemipilan dilakukan setelah tongkol kering yaitu kadar air sekitar 20 % dengan alat pemipil atau manual, kemudian dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 14 %. Dan tidak dianjurkan menyimpan biji jagung dalam kondisi kadar air > 14 % dalam karung untuk waktu lebih 1 bulan.



PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG
DENGAN PENGELOLAAN TERPADU

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat diandalkan dan dikembangkan untuk menjadi Komoditas unggulan pertanian karena permintaan jagung sangat banyak yaitu untuk keperluan pangan sebagai pengganti beras, untuk pakan ternak dan untuk keperluan industri lainnya. Jagung (Zea maize) juga adalah komoditas pangan kedua setelah padi, mempunyai wilayah adaptasi yang cukup luas mulai lahan subur hingga lahan marginal. Dapat dikembangkan mulai agroekosistem lahan kering, lahan sawah tadah hujan hingga lahan sawah irigasi. Secara nasional pengembangan jagung pada lahan kering menempati urutan terluas. Namun akhir-akhir ini pengembangan jagung pada lahan sawah tadah hujan mendekati luasan pengembangan jagung pada lahan kering.
Produktivitas jagung secara nasional baru mencapai 4,2 t/ha sementara potensi hasil jagung yang ditanam petani bisa mencapai 7-12 t/ha. Tingginya selisih antara potensi hasil varietas dengan rataan hasil yang dicapai petani disebabkan penerapan teknologi masih fluktuatif. Penerapan sistem tanam TOT pada lahan sawah tadah hujan selain dapat mempercepat waktu tanam juga biaya produksinya rendah serta produksi pipilan kering yang dicapai sama bahkan lebih bagus dari sistem tanam olah tanah sempurna (OTS). Pengembangan jagung dapat dilakukan dengan menerapkan sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dan sistem tanam olah tanah sempurna (OTS) tergantung kondisi lahan. Sistem tanam TOT pada agroekosistem lahan sawah tadah hujan dapat meningkatkan produksi jagung melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung.
Budidaya jagung dengan pengelolaan terpadu bukan merupakan paket teknologi melainkan merupakan sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi jagung dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani jagung dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang serta memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Budidaya jagung dengan pengelolaan  Terpadu  bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan melalui perakitan teknologi secara partisifasif dengan petani. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat dan kesejahteraan petani dapat meningkat.
Salah satu upaya maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan budidaya jagung dengan Pengelolaan Terpadu didasarkan pada empat prinsip, yaitu :
· Terpadu ; merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
· Sinergis ; memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi.
· Spesifik lokasi ; memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi pertanian setempat.
· Partisipatif ; petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kemampuan petani dan kondisi setempat melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
Dalam penerapan budidaya tanaman jagung dengan Pengelolaan terpadu tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi biaya produksi dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.
Komponen Teknologi Budidaya
Komponen teknologi budidaya jagung dengan pengelolaan  terpadu dirakit berdasarkan kajian kebutuhan dan peluang  yang akan mempelajari permasalahan yang dihadapi petani dan cara-cara mengatasi permasalahan tersebut dalam upaya meningkatkan produksi sehingga komponen teknologi yang dipilih akan sesuai dengan kebutuhan setempat. Budidaya jagung dengan sistem terpadu  menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi yang dikelompokkan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif.
Komponen teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang efisien sebagaimana menjadi tujuan dari Budidaya terpadu. Komponen teknologi dasar budidaya Jagung  meliputi :
1. Varietas Unggul (Hibrida atau Komposit)
2. Benih Bermutu (kemurnian/bersertifikat, daya kecambah >95%, seed treatment, kebutuhan benih 18-20 kg/ha)
3. Populasi Tanaman 66.000 – 70.000 tan/ha (Penanaman dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm atau 75 cm x 20 cm)
4. Pemupukan berimbang ( specific lokasi)

Teknologi tersebut mudah diterapkan dan berpengaruh besar terhadap kenaikan hasil dan pendapatan petani. Komponen teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Pada wilayah tertentu, komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar. Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani sendiri. Komponen teknologi pilihan  meliputi :
1. Penyiapan Lahan
2.  Pupuk Organik
3. Pembuatan saluran drainase pada lahan kering
4. Pembuatan saluran irigasi pada lahan sawah
5. Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak
6. Pembumbunan
7. Pengendalian OPT (Organisma Pengganggu Tanaman)
8. Panen tepat waktu dan Pengeringan
 Teknis Budidaya
Secara tehnis, upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung dapat ditempuh dengan menerapkan teknologi dengan pengelolaan terpadu . Dalam pengembangannya pengelolaan tanaman terpadu pada komoditi jagung lebih dititik beratkan pada penggunaan pemupukan berimbang spesifik lokasi yang tujuan utamanya adalah meningkatkan produksi serta menjaga kelestarian lingkungan. Pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung. Pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman, mengingat hara dari dalam tanah umumnya tidak tercukupi. Efisiensi pemupukan mutlak diperlukan dalam budidaya jagung karena menentukan produktivitas tanaman dan pendapatan yang akan diperoleh.
Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan produktivitas jagung dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif. Teknis budidaya tanaman jagung dengan pengelolaan terpadu adalah dengan menggabungkan kompoknen dasar dan komponen pilihan seperti berikut :
A. Varietas Unggul (Hibrida dan komposit)
Varietas unggul adalah varietas yang berdaya hasil tinggi, toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik atau memiliki sifat khusus. Penggunaan varietas unggul akan memberikan hasil yang lebih tinggi dan pemilihan varietas berdasarkan kesesuaian lokasi, ketahanan terhadap OPT, dan keinginan petani.
Dalam budidaya jagung dengan pengelolaan terpadu , pemilihan varietas merupakan salah satu komponen utama yang mampu meningkatkan produktivitas jagung. Varietas jagung yang akan ditanam dipilih varietas unggul baru (VUB) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, tahan serangan penyakit, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi serta memiliki kualitas rasa yang dapat diterima pasar.
Contoh beberapa jenis jagung varietas unggul Hibrida adalah : BISSI– 1, BISSI-2, BISSI –5, BISSI –7, Bima-1, Bima-2, Bima –3, Bima-4, Bima-5, Pioner,
B. Benih bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (> 95 % ) dan berlabel. Benih bermutu akan tumbuh serentak dan tumbuh lebih cepat karena telah dilakukan perlakuan benih menggunakan metalaksil, berbunga serentak. Benih bermutu juga menghasilkan tanaman yang sehat, tahan rebah, seragam , tongkol berisi dan berpotensi hasil tinggi dan menghemat penggunaan benih. Kebutuhan benih sekitar 18—20 Kg/Ha.

C. Populasi Tanaman
Teknik penanaman yang umum dilakukan pada tanaman jagung adalah dengan memasukkan benih pada lubang yang sudah ditugal. Kedalaman lubang tanam sekitar 5 cm. Benih yang mempunyai daya tumbuh > 95 % dengan jarak tanam 70—75 cm x 20 cm ( 1 tanaman perlubang) atau 70 –75 cm x 40 cm (2 tanaman perlubang ) akan memberikan populasi 66.000—70.000 tanaman/ ha. Populasi tanaman ditentukan oleh jarak tanam dan mutu benih yang digunakan. Faktor yang menetukan jarak tanam jagung antara lain adalah : tingkat kesuburan tanah, tingkat pertumbuhan tanaman, varietas tanaman dan tujuan produksi. Tanah yang subur disarankan memilih jarak tanam yang agak lebar demikian sebaliknya tanah yang kurang subur jarak tanam disarankan lebih sempit.  Jagung juga dapat ditanam dengan cara tanam legowo dengan jarak tanam 100– 50 cm x 20 cm dan benih yang dimasukkan cukup 1 butir.
            100 cm                             50 cm
        X       X               X       X          X       X           X     X           
        X        X              X       X          X       X           X     X    20 cm          
X        X               X       X          X       X           X    X             

D. Pemupukan berimbang
Pemberian pupuk hendaknya berdasarkan keseimbangan antara hara yang dibutuhkan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Oleh sebab itu pemberian pupuk berbeda antar lokasi dan jenis jagung yang ditanam seperti hibrida atau komposit. Pemberian sesuai specific lokasi akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil yang dicapai. Dosis dan waktu aplikasi pupuk N berdasarkan pada kebutuhan tanaman, dapat diberikan 2 kali : 7—10 hst dan 30—35 hst. Dan BWD (bagan warna daun) hanya digunakan pada saat 40—45 hst untuk mendeteksi tingkat kecukupan N bagi tanaman.
Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala : daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Gejala yang nampak pada jagung kekurangan unsur Sulfur (S) adalah pangkal daun berwarna kuning yaitu  pada daun yang terletak dekat pucuk. Gejala tanaman jagung kekurangan unsur Phosfor (P) adalah pinggir daun berwarna ungu kemerahan mulai dari ujung sampai kepangkal daun yaitu daun bagian bawah. Tanaman jagung kekurangan unsur Kalium (K) adalah daun berwarna kuning, bagian pinggir berwarna coklat seperti terbakar, tetapi tulang daun tetap hijau. Gejala kuning membentuk huruf V terbalik khususnya pada daun bagian bawah.
Perhitungan penyetaran takaran pupuk tunggal ke pupuk majemuk adalah sebagai berikut : (contoh)
Jika 1 ha jagung akan dipupuk dengan pupuk tunggal dengan takaran 300 kg Urea, 150 Kg SP 36 dan 75 Kg KCl namun tidak tersedia, maka pupuk majemuk yang harus diberikan agar setara dengan pupuk tunggal sebagai berikut :
Pupuk Urea :
100 Kg urea mengandung 45 % N  = 45 kg N, 300 kg urea = 135 Kg N. 100 Kg SP 36 mengandung 36 % P = 36 Kg P, 150 SP 36 = 54 Kg P dan 100 Kg Kcl mengandung 60 % K = 60 kg K, 75 Kg Kcl = 45 Kg K.
Pupuk Majemuk :
100 Kg mengandung 15 % N, 15 % P dan 15 % K = 15 Kg N, 15 Kg P dan 15 Kg K.
75 Kg KCl = 45 Kg K = 300 Kg pupuk majemuk.
300 Kg pupuk majemuk dapat memenuhi kebutuhan 45 kg N sehingga kurang 90   Kg = 200 Kg Urea.
300 Kg pupuk manyemuk dapat memenuhi kebutuhan 45 Kg P, sehingga kuran 9 Kg P = 50 Kg pupuk tunggal SP 18.
Kesimpulan :
300 Kg Urea + 150 SP36 + 75 Kg KCl setara dengan 300 Kg pupuk majemuk + 50 Kg SP 18 dan 200 Kg Urea.

E. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman jagung dimulai dengan pengolahan tanah. Pengolahan tanah ditujukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang kondusif  sebagai media perakaran bagi pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman secara optimal.
Beberapa jenis penyiapan lahan yaitu penyiapan lahan kering dengan menggunakan OTS (olah tanah sempurna) dan penyiapan lahan untuk lahan sawah dengan TOT ( Tanpa olah tanah). Pengolahan tanah dengan OTS juga disebut dengan pengolahan tanah konvensional sebaiknya dilakukan setelah hujan mulai turun dengan mempertimbangkan kondisi lengas tanah.  TOT adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali membuat lubang kecil untuk meletakkan benih. Jenis penyiapan lahan lainnya adalah pengolahan tanah konservasi. Strategi penyiapan lahan yang  banyak diterapkan adalah Olah Tanah Konservasi yaitu tindakan pengurangan pengolahan tanah diserta dengan penggunaan mulsa. Atau penyiapan lahan dengan menyisakan tanah sebagai mulsa dengan tujuan mengurangi erosi dan penguapan air dari permukaan tanah. OTM (olah Tanah Minimal) adalah jenis penyiapan lahan konservasi yaitu cara penanaman yang dilakukan dengan mengurangi frekwensi pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sekali setahun atau sekali dalam 2 tahun tergantung tingkat kepadatan tanahnya dan sisa tanaman yang disebarkan sebagai mulsa setelah pengolahan tanah.

F. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, koteoran ternak, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi. Pupuk organik dapat diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam benih dengan dosis 2—3 ton/ha. Untuk menghitung seberapa banyak pupuk organik yang akan di berikan perlu mengetahui lebih dahulu kisaran kandungan biomassa dari bahan alami yang akan diaplikasikan . Misalnya biomassa Kirinyu (Ai Sukar /bhs Tetun) mengandung N = 2,65 %, P = 0,53 % dan K = 1, %, ini berarti apabila pupuk organik berasal dari kirinyu / ai sukar sebanyak 2.4 ton sumbangan unsur N nya sebanyak 63.6 Kg setara dengan urea 141 Kg , unsur P 12.72 Kg setara dengan SP 36  35 Kg, dan sumbangan unsur K sebanyak 45.6 Kg setara dengan 76 kg KCL. Pemberian pupuk organik dan anorganik dalam bentuk dan jumlah yang sesuai, sangat penting untuk keberlanjutan pemanfaatan lahan secara intensif.

G. Pembuatan saluran Drainase pada lahan Kering
Salah satu upaya peningkatan produktivitas jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Peran air bagi tanaman adalah sebagai penyedia unsur hara, zat pelarut dan unsur yang dibutuhkan dalam proses sintesis. Tanaman jagung adalah tanaman yang memerlukan air, namun peka terhadap kelebihan air. Air yang berlebihan pada lahan pertanaman jagung akan mengakibatkan pertumbuhan jagung sangat tidak baik oleh sebab itu pembuatan saluran drainase untuk pertanaman jagung di lahan kering datar mutlak dilakukan pada musim hujan. Saluran drainase dibuat saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul.

H. Pembuatan Saluran Drainase pada Lahan Sawah.
Saluran irigasi perlu dilakukan untuk memudahkan pengaturan air. Pembuatan saluran irigasi per 2 baris tanaman lebih efisien dibanding perbaris. Pembuatan saluran irigasi dapat dilakukan saat penyiangan pertama.

     I.Pengendalian Gulma secara Mekanis atau dengan Herbisida Kontak.
Gulma adalah himpunan tanaman yang hidupnya atau pertumbuhannya tidak dikendalikan oleh manusia, karena mengganggu dan bisa merugikan hasil pertanian yang dibudidayakan. Gulma mengganggu dan merugikan tanaman budidaya melalui berbagai cara antaralain :
1. Persaingan perakaran dan pengambilan unsur hara.
2. Persaingan tajuk dan menerimaan sinar.
3. Dapat merupakan tanaman inang bagi organisme pengganggu tanaman.
4. Merugikan efisiensi proses penanaman dan pengolahan hasil.
5. Merugikan efisiensi sistim irigasi karena dapat menyumbat saluran dan menambah evapo tranpirasi oleh gulma.
6. Kenaikan biaya produksi karena penambahan tenaga dan waktu      pengerjaan tanah, penyiangan dan pembersihan saluran irigasi.
Penyiangan gulma untuk pertama kali dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul jika ada gulma setelah tanaman tumbuh. Penyiangan kedua dapat dilakukan dengan cangkul atau herbisida paraquat dengan takaran 1-2 liter per ha dan dilakukan saat tanaman berumur 30—35 hari setelah tanam. Penyiangan secara mekanis dengan cangkul atau mesin pembuat alur bermanfaat untuk meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan merangsangsang pertumbuhan akar lebih baik, hemat tenaga kerja serta ramah lingkungan.
J. Pembumbunan
Pembumbunan adalah menaikkan tanah disekitar batang tanaman jagung dengan tujuan untuk memberikan lingkungan akar yang lebih baik, memperkokoh tanaman sehingga tidak mudah rebah. Pembumbunan dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu pada saat  bersamaan dengan penyiangan pertama dan pembuatan saluran atau setelah pemupukan kedua (35 HST), bersamaan saat penyiangan kedua secara mekanis.
K. Pengendalian OPT (Organisma Penggang Tanaman)
Salah satu faktor penyebab penurunan produktifitas tanaman jagung adalah munculnya hama dan penyakit pada tanaman. Oleh sebab itu pengendalian OPT selalu dipantau atau dilakukan pengendalian sesegera mungkin. Tahapan pelaksanaan pengendalian OPT haruslah berdasarkan pendekatan pengendalian terpadu yaitu : Identifikasi jenis dan perhitungan kepadatan populasi hama. Hal ini dilakukan oleh petani dan atau pengamat OPT melalui kegiatan survey dan monitoring hama– penyakit tanaman. Dan Menentukan tingkat kerusakan hama. Tingkat kerusakan dihitung secara ekonomi yaitu besar tingkat kerugian atau tingkat ambang tindakan. Tingkat ambang tindakan ini digunakan sebagai dasar penentuan teknik pengendalian hama dan penyakit.
Cara dan teknik pengendalian adalah :
· Mengusahakan benih yang sehat
· Pengendalian Hayati
· Penggunaan varietas tahan hama/penyakit atau pergiliran tanaman
· Secara fisik dan mekanis
· Dengan pemakaian hormon
· Pestisida
Hama utama jagung adalah lalat bibit, penggerak batang dan penggerak tongkol. Penyakit utama jagung adalah Bulai dan bercak daun. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dilakukan dengan penyemprotan dan pemusnahan tanaman yang terinfeksi . Semuanya tergantung jenis hama dan penyakit yang menyerang
Lalat Bibit (Artherigona sp)
Pengendalian untuk budidaya TOT
· Hayati
· Kultur teknis
· Varietas resisten
· Kimiawi
Penggerek tongkol (Heliotis armigare, Helicoverta armigare)
Pengendalian dengan penyemprotan setelah terbentuk rambut jagung
Hama Jagung  antara lain :
1. Ulat Tanah (Agrotis sp)
Pengendalian Kimiawi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif klorpirifos, sipermetrin
· Pengelolalaan tanaman jagung
· Penggunaan varietas jagung resisten/tahan
· Kebersihan dan pengelolaan gudang tempat penyimpanan jagung
· Persiapan biji jagung yang disimpan
· Pengendalian Hayati dengan penggunaan agensia pathogen
· Fumigasi
Penyakit jagung : Hawar Daun, Busuk pelepah, Penyakit Bulai, Busuk tongkol, Busuk batang, Karat Daun, bercak Daun, Virus Mosaik)
· Hawar/ Blight
Penyakit hawar disebabkan oleh bakteri yang biasa menyerang daun bagian bawah tanaman muda yang akan berbunga, dengan gejla awalnya munculnya bercak-bercak pada daun berbentuk V. akibatnya pertumbuhan terhambat dan produktivitasnya menurun, daun mengering lalu mati. Pencegahan dapat dilakukan dengan penggunaan benih yang tahan penyakit hawar daun dan pengendalian dapat dilakukan dengan cara memusnakan tanaman yang terserang.
· Bulay/Downy Midlew
Penyakit ini disebabkan jamur dan bagian yang diserang adalah daun terutama pada tanaman berumur 40 hari. Daun berubah warna menjadi kuning keputih-putihan dan bagian bawahnya muncul semacam serbuk berwarna putih berbentuk seperti tepung. Serangan ini akan meningkat pada suhu udara tinggi. Pencegahan penyakit inidilakukan dengan merendah benih dengan RI 1 sebelum tanam dan pengendalian dilakukan dengan cara membakar tanaman yang diserang
· Busuk Kelobot :
Penyakit busuk kelobot, daun jagung disebabkan oleh jamur dengan gejala munculnya bintik-bintik bulat warna hitam kebiruan dikelobot. Buah membusuk, akhirnya mati. Pencegahan dengan menjauhkan dari pohon pisang atau merendam bibir dengan RI 1
· Busuk Batang:
 Ada 3 jenis jamur penyebab busuk tongkol, yaitu busuk tongkol fusarium, busuk tongkol diplodia dan busuk tongkol gibbrellia.
Penyebabnya :
Busuk tongkol fusarium disebabkan oleh Fusarium moniflorme
Busuk tongkol diplodia disebabkan diplodia maydis
· Karat Daun ( Puccinia polysaara)
Pengendalian pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan karat
Pemusnahan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi
Penggunaan fungisida berbahan aktif benomil
· Bercak daun ( Bipolaris maydis syn)
Pengendalian pada budidaya sistem TOT
Menanam varietas jagung tahan bercak daun
Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya
Penggunaan fungisida berbahan aktif mankozeb dan karbedazim
· Virus Mosaik
Pengendalian pada budidaya sistem TOT adalah :
Mencabut tanaman jagung yang terinfeksi seawall mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya.
Melakukan pergiliran tanaman ( jangan melakukan budidaya jagung sepanjang musim)
Tidak menggunakan benih jagung yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus
L. Panen Tepat Waktu dan Pengeringan
Sebelum dipanen daun jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya sehingga tersisa di pohon adalah buah jagung  yang terkupas. Perlakuan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan jagung. Setelah beberapa hari dipohon dan bijinya tampak mengering, barulah dilakukan pemetikan dengan mengambil waktu pada siang hari ketika cuaca terik, agar kadar air dalam biji tidak bertambah. Panenan dapat dilakukan dengan memetik buah saja agar lebih mudah diangkat kerumah atau gudang
Umur panen jagung tergantung dari varietasnya.Jagung yang siap dipanen biasanya ditandai dengan daun dan batang tanaman mulai mengering dan berwarna kecoklatan dan biji telah mengeras. Selain itu, juga dapat diketahui dari adanya lapisan hitam pada pangkal biji jagung (black layer). Apabila pada pangkal biji sudah ditumbuhi lebih dari 50% lapisan hitam, maka tanaman sudah masak fisiologis. Petani di sejumlah daerah memanen jagung setelah umur panen tercapai (daun dan batang jagung telah berwarnacoklat).
Pemanenan jagung bergantung pada lokasi, jenis lahan, dan ketersediaan teknologi. Panen tongkol umum dilakukan petani pada lahan tadah hujan atau lahan kering. Perbedaannya, pada lahan kering, petani langsung memanen jagung bersama tongkolnya dengan kelobot relatif basah karena dipanen pada musim hujan. Kadar air biji pada kondisi tersebut berkisarantara 30-35% dan adakalanya mencapai 40%. Pemanenan tongkol padalahan sawah tadah hujan, kadar air biji sudah agak rendah, yaitu 25-30%. Tongkol kemudian diangkut ke tempat pengumpulan untuk diangin-anginkan beberapa saat, lalu dikupas, dan dikeringkan. Tongkol jagung dalam keadaan basah disarankan jangan menyimpan dalam karung karena dapat menimbulkan tumbuhnya jamur. Panen terlalu awal menyebabkan kadar air masih tinggi dan dapat berakibat biji keriput, warna kusam dan bobot biji lebih ringan. Dan apabila terlalu lambat terutama saat masih hujan dapat menimbulkan tumbuhnya jamur, atau biji berkecambah.
Pemipilan dilakukan setelah tongkol kering yaitu kadar air sekitar 20 % dengan alat pemipil atau manual, kemudian dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 14 %. Dan tidak dianjurkan menyimpan biji jagung dalam kondisi kadar air > 14 % dalam karung untuk waktu lebih 1 bulan.